Three Cute Cherries


Kamis, Juni 06, 2013

MAKALAH KIMIA INDUSTRI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang vital bagi manusia oleh karena itu jika kebutuhan manusia tidak tercukupi maka dapat memeberikan dampak yang besar dan kerawanan kesehatan maupun social. Permasalahan yang timbul sering di jumpai kualitas air tanah maupun air sungai yang digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat air minum yang sehat bahkan di beberapa tempat tidak layak untuk di minum. Jika air tersebut tidak layak untuk di minum maka akan berdampak pada kesehatan baik secara langsung dan cepat maupun secara perlahan.
Untuk menanggulangi masalah tersebut salah satu alternative yaitu dengan cara mengolah air sumur maupun sungai(limbah) sehingga air tersebut dapat memenuhi standar kesehatan
1.2 Tujuan
   Tujuan teknologi pengolahan air ini adalah unutk meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat yang masih menggunakan air tanah atau air sumur sebagai sumber kebutuhan air bersih.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Ehless dan Steel, Air limbah atau air buangan adalah sisa air dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mangganggu lingkungan hidup. air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena kurang lebih 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan kembali ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh karena itu, air buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik.
2.2 Parameter Air Limbah
Berikut adalah parameter yang dapat digunakan berkaitan dengan air limbah.
1. Kandungan zat padat (total solid, suspending solid, dissolved solid)
2. Kandungan zat organik
3. Kandungan zat anorganik (mis; P, Pb, Cd, Mg)
4. Kandungan gas (mis: O2, N, CO2)
5. Kandungan bakteri (mis: E.coli)
6. Kandungan pH
7. Suhu
2.3 Dampak Pembuangan Air Limbah
Air limbah yang tidak menjalani proses pengolahan yang benar tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara lain:
1) Gangguan Kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air. Selain itu di dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya.
2) Penurunan Kualitas Lingkungan
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut. Sebagai contoh, bahan organic yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut didalam sungai tersebut. Dengan demikian menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya
3) Gangguan Terhadap Keindahan
Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh : air limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan warna pada badan air penerima. Walaupun pigmen tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan, tetapi terjadi gangguan keindahan terhadap badan air penerima tersebut.
4) Gangguan terhadap kerusakan benda
Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif seperti H2S
Untuk menghindarkan terjadinya gangguan-gangguan diatas, air limbah yang dialirkan ke lingkungan harus memenuhi ketentuan seperti yang disebutkan dalam Baku Mutu Air Limbah. Apabila air limbah tidak memenuhi ketentuan tersebut, maka perlu dilakukan pengolahan air limbah sebelum mengalirkannya ke lingkungan.
2.4 Pengelolaan Air Limbah
Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi sedangkan pengolahan air dengan bantuan peralatan misalnya dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah/ IPAL (Waste Water Treatment Plant / WWTP).
2.5 Metode Pengelolaan Air Limbah
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelolah air limbah, diantaranya:
a. Pengenceran (disposal by dilution)
Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mengalami pengenceran. Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi alami. Namun, cara semacam ini dapat mencemari air permukaan dengan bakteri pathogen, larva dan telur cacing, serta bibit penyakit lain yang ada di dalam air limbah itu.
Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan berikut harus dipenuhi:
1. Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
2. Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang dari 30-40 kali
3. Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus mengalir (tidak boleh stagnan) agar tidak menimmbulkan bau.
b. Cesspool
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk pembuangan air limbah. Dibuat pada tanah yang berpasir agar air buangan mudah meresap kedalam tanah. Bagian atas ditembok agar tidak tembus air. Apabila ceespool sudah penuh (±60bulan), lumpur didalamnya dapat dihisap keluar atau dari semula dibuat cesspool secara berangkai, sehingga bila yang satu penuh, air akan mengalir ke cesspool berikutnya. Jarak cesspool dengan sumur air bersih adalah 45 meter dan minimal 6 meter dari pondasi rumah.
c. Sumur resapan (seepage pit)
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang telah mengalami pengolahan dalam system lain, misalnya dari aqua privy atau septic tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal mengalami peresapan ke dalam tanah. Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang berpasir, dengan diameter 1-2,5 meter dan kedalaman 2,5 meter. Lama pemakaian dapat mencapai 6-10 tahun.
d. Septic tank
Septic tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelolah air limbah walau biayanya mahal, rumit, dan memerlukan tanah yang luas. Septic tank memiliki 4 bagian, antara lain:
1. Ruang pembusukan
Dalam ruang ini, air kotor akan tertahan 13 hari dan akan mengalami penguraian oleh bakteri pembusuk yang akan menghasilkan gas, cairan, dan lumpur. Gas dan cairan akan masuk kedalam dosing chamber melalui pipa. Lumpur akan masuk ke ruang lumpur.
2. Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampungan lumpur. Apabila ruang sudah penuh, lumpur dapat dipompa keluar.
3. Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat siphon McDonald yang berfumgsi untuk mengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar merata.
4. Bidang resapan
Bidang ini akan menyerap cairan keluar dari dosing chamber dan menyaring bakteri pathogen maupun bibit penyakit lain. Panjang minimal bidang resapan ini 10meter dan dibuat pada tanah berpasir.
2.6 Cara lain pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah dapat juga dilakukan dengan cara:
1. Dilution (pengenceran)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi. Di samping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya: bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnya dapat menimbulkan banjir.
2. Irrigation (irigasi)
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan lading pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lain di mana kandungan zat-zat organikdan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanaman.
3. Self purification/oxidation ponds (kolam oksidasi)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan lapisan kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan di daerah yang terbuka, sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
1. Pengolahan air limbah secara primer dan sekunder
Pengolahan secara primer terdiri atas:
a. Screen (saringan). Kotoran yang besar disaring.
b. Grit Chamber. Detritus berupa lapisan air, kerikil dan pasir, aliran air diperhambat dengan grit channel.
c. Primary sedimentation tank. Endapan crude sludge dialirkan ke sludge digestion tank dan menghasilkan gas metana.
d. Cairan yang tertinggal dialirkan sebagai primary effluent ke pengolahan sekunder.
Pengolahan sekunder terdiri dari;
a. Cairan yang bersal dari primary treatment dialirkan ke bak biological treatment kemudian dialirkan ke tangki pengendapan terakhir (final sedimentation tank). Dari total volume endapan lumpur aktif (activated sludge) yang dihasilkan, 25%-nya akan digunakan kembali sehingga dimasukkan lagi kedalam tangki aerasi, sedangkan yang 75%-nya akan dibuang ke laut, ditimbun di rawa-rawa, atau dijadikan pupuk.
b. Air yang tertinggal cukup jernih sehingga dapat langsung disalurkan ke badan-badan air setelah mengalami proses klorinasi.
c. Crudge sludge dialirkan ke sludge digestion tank untuk diubah menjadi gas metana yang akan digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik.
d. Endapan lumpur dalam sludge digestion tank dikeringkan dengan alat pengering lumpur.

2.7 Air Limbah Rumah Tangga
Air limbah rumah tangga (sullage) adalah air limbah yang tidak mengandung ekskreta manusia dan dapat berasal dari buangan kamar mandi, dapur, air cuci pakaian danlain-lain yang mungkin dapat mengandung mikroorganisme patogen.
Volume air limbah rumah tangga bergantung pada volume pemakaian air penduduk setempat. Penggunaan air untuk keperluan sehari-hari mungkin kurang dari 10 liter per orang di daerah yang sumber airnya berasal dari kran umum, sedangkan di daerah yang sumber airnya berasal dari sumur pompa atau sambungan rumah sendiri, penggunaan air dapat mencapai 200liter per orang.
Implikasi dan dampak kesehatan akibat pembuangan air limbah rumah tangga bergantung pada;
1. Teknologi yang dimanfaatkan
2. Volume air limbah
3. Iklim setempat
4. Jenis tanah
5. Kondisi air tanah
Ada 5 cara pembuangan air limbah rumah tangga, yaitu:
1. Pembuangan umum, yaitu melalui tempat penampungan air limbah yang terletak dihalaman.
2. Digunakan untuk menyiram tanaman kebun.
3. Dibuang ke lapangan peresapan.
4. Dialirkan ke saluran terbuka.
5. Dialirkan saluran tertutup atau selokan.
Setiap cara tersebut memiliki implikasi kesehatan yang berbeda-beda. Pembuangan melalui tempat-tempat penampungan air limbah di halaman akan memberikan tempat bagi perkembangbiakan serangga seperti Culex pipiens selain menghasilkan lumpur dan kondisi yang tidak saniter karena dekat dengan sumur air bersih. Halaman ini juga sering dijadikan arena bermain anak-anak, bahkan tidak jarang digunakan untuk tempat buang air besar yang memungkinkan telur cacing untuk tidak cepat matang sehingga potensi untuk menularkan penyakit tetap besar.
Air limbah yang mengandung mikroorganisme patogen dan berasal dari pembersihan kamar mandi mungkin dapat menginfeksi anak-anak yang sedang bermain di halaman. Di daerah yang volume air limbah dan angka kepadatan rumahnya masih rendah, pembuangan air limbah di luar rumah dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia. Jika kondisi tanah kurang dapat ditembus air, sementara penggunaan air atau kepadatan rumah tinggi, metode pembuangan air limbah yang memenuhi syarat mutlak dipenuhi.
Penggunaan air limbah dengan cara dimanfaatkan untuk penyiraman sayur-sayuran di kebun dekat rumah memberikan dampak negatif yang lebih kecil terhadap kesehatan. Namun, pemanfaatan tersebut jangan sampai membentuk genangan air karena dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
2.8 Limbah Industri
Limbah industri (industrial waste) yang berbentuk cair dapat berasal dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya. Selain itu libah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung air sehingga di dalam proses pengolahannya, air harus dibuang. Jenis-jenis industry yang menghasilkan limbah cair antara lain, industri pulp dan rayon, pengolahan cramb rubber, minyak kelapa sawit, baja dan besi, minyak goring, kertas, tekstil, kaustik soda, elektor plating, plywood, tepung tapioka, pengalengan, pencelupan dan pewarna, daging dan lain-lain.
Limbah cair industri mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan berbahaya yang dikenal dengan sebutan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Menurut Undang-undang RI No. 23/ 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Bahan ini dirumuskan sebagai bahan yang dalam jumlah relative sedikit tetapi mempunyai potensi untuk mencemarkan dan merusak kehidupan dan sumber daya. Apabila ditinjau secara kimia, bahan-bahan tersebut mengandung 60.000 jenis bahan kimia dari 5 juta jenis bahan kimia yang sudah dikenal.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah ini bergantung pada jenis dan karakteristiknya, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Mengingat sifat, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan limbah di masa sekarang maupun di masa akan datang, diperlukan langkah-langkah pencegahan, penanggulangan, dan pengelolaannya secara efektif.
Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut maupun yang mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan halus. Kerapkali air dari pabrik berwarna keruh dan temperaturnya tinggi,Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya mempunyai sifat tersendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan ciri yang dapat diidentifikasi secara visual maupun melalui pemeriksaan laboratorium. Identifikasi secara visual dapat diketahui melalui: kekeruhan, warna air, rasa, bau yang ditimbulkan, dan indikasi lain. Sementara itu, identifikasi secara laboratorium ditandai dengan terjadinya perubahan sifat kimia air karena air telah mengandung bahan kimia beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas yang dianjurkan.
Jumlah limbah yang dikeluarkan masing-masing industri bergantung pada banyaknya produksi yang dihasilkan serta jenis produknya. Sebagai gambaran, industri pulp dan rayon menghasilkan limbah air sebanyak 30 m3 setiap ton pulp yang diproduksi. Contoh lainnya, industri ikan dan makanan laut menghasilkan limbah air berkisar antara 79-500 m3 per hari, sedangkan industri pengolahan crumb rubber menghasilkan antara 100-1000 m3 limbah air per hari.
Berikut karakteristik yang dimiliki limbah cair industri.
1. Karakteristik fisik
Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam limbah cair industry, antara lain:
a. Padatan
Berasal dari bahan organik maupun anorganik, baik yang larut, mengendap maupun berbentuk suspense. Pengendapan di bagian dasarair akan mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada badan dasar penerima, selain menyebabkan tumbuhnya tanaman tertentu, seperti eceng gondok, juga berbahaya bagi makhluk hidup lain dalam air. Banyaknya padatan menunjukkan banyaknya lumpur yang terkandung dalam air limbah.
b. Kekeruhan
Kekeruhan menunjukkan sifat atis optis air yang menyebabkan pembiasan cahaya ke dalam air. Kekeruhan akan membatasi pencahayaan ke dalam air. Sifat ini terjadi karena adanya bahan yang terapung maupun yang terurai seperti bahan organik, jasad renik, lumpur, tanah liat, dan benda lain yang melayag maupun terapung. Nilai kekeruhan air dikonversikan ke dalam ukuran SiO2 dalam satuan mg/1. Semakin keruh air, semakin tinggi daya hantar listrik dan makin tinggi pula kepadatannya.
c. Bau
Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganisme yang menguraikan zat organik untuk menghasilkan gas tertentu. Bau juga timbul karena reaksi kimia yang menimbulkan gas. Kuat lemahnya bau yang di timbulkan bergantung pada jenis dan banyaknya gas yang dihasilkan.
d. Temperatur
Temperatur air limbah akan memengaruhi badan penerima apabila terdapat perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur juga dapat memengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubaha suhu memperlihatkan aktivitas kimia dan biologis pada benda padat dan gas dalam air. Pada suhu yang tinggi terjadi pembusukan dan penambahan tingkatan oksidasi zat organik.
e. Daya hantar listrik
Daya hantar listrik merupakan kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik, yang tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat pengukuran. Konduktivitas limbah cair dalam mengalirkan arus listrik bergantung pada mobilitas ion dan kadar yang terlarut di dalam limbah tersebut (senyawa anorganik > konduktor senyawa organik).
f. Warna
Warna timbul akibat terdapatnya suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, selain bahan pewarna tertentu yang mengandung logam berat.
2. Karakteristik kimia
Bahan kimia yang terdapat dalam air akan menentukan sifat air baik dalam tingkat keracunan maupun bahaya yang di timbulkannya. Secara umum sifat air di pengaruhi oleh banhan kimia organik dan anorganik.
a. Bahan kimia organik
1. Karbohidrat dan perotein
2. Minyak dan lemak
3. Pestisida
4. Fenol
5. Zat warna dan surfaktan
b. Bahan kimia anorganik
1. Klorida
2. fosfor
3. logam berat dan beracun
4. nitrogen
5. sulfur
3. Karakteristik biologi
1. Virus
2.9.2 Pengolahan Limbah Cair Industri
Pengolahan limbah cair industri dapat dibagi menjadi dua, pengolahan menurut tingkat perlakuan dan pengolahan menurut karakteristiknya.
1. Pengolahan berdasarkan tingkat perlakuan
Menurut tingkatan prosesnya, pengolahan limbah dapat digolongkan menjadi 5 tingkatan. Namun, tidak berarti bahwa semua tingkatan harus dilalui karena pilihan tingkatan proses tetap bergantung pada kondisi limbah yang diketahui dari hasil pemeriksaan laboratorium. Dengan mengetahui jenis-jenis parameter dalam limbah, dapat ditetapkan jenis peralatan yang dibutuhkan. Berikut beberapa tahapan pengolahan air limbah.
a. Pra-pengolahan (pre-treatment)
Pada tahap ini, saringan kasar yang tidak mudah berkarat dan berukuran ± 30×30 cm untuk debit air 100 m2 per jam sudah cukup baik. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, saringan dapat dipasang secara seri sebanyak dua atau tiga saringan. Ukuran messnya (besar lubang kawat tikus) dapat dibandingkan dengan kawat kasa penghalang nyamuk. Saringan tersebut diperiksa setiap hari untuk mengambil bahan yang terjaring. Contoh bahan-bahan yang terjaring dapat berupa padatan terapung atau melayang yang ikut bersama air. Bahan lainnya adalah lapisan minyak dan lemak di atas permukaan air.
b. Pengolahan primer (primary treatment)
Pada tahapan ini dilakukan penyaringan terhadap padatan halus atau zat warna terlarut maupun tersuspensi yang tidak terjaring pada penyaringan terdahulu.
Pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara mengendapkan bahan padatan melalui penambahan zat kimia. Reaksi yang terjadi akan menyebabkan berat jenis bahan padatan menjadi lebih besar daripada air. Tidak semua reaksi dapat berlaku untuk semua senyawa kimia (terutama senyawa organik).
Pengolahan secara fisika dilakukan melalui pengendapan maupun pengapungan yang ditujukan untuk bahan kasar yang terkandung dalam air limbah. Penguapan dilakukan dengan memasukkan udara ke dalam air dan menciptakan gelembung gas sehingga partikel halus terbawa bersama gelembung ke permukaan air. Sementara itu, pengendapan (tanpa penambahan bahan kimia) dilakukan dengan memanfaatkan kolam berukuran tertentu untuk mengendapkan partikel-partikel dari air yang mengalir di atasnya.
c. Pengolahan sekunder (secondary treatment)
Tahap ini melibatkan proses biologis yang bertujuan untuk menghilangkan bahan organik melalui proses oksidasi biokimia. Di dalam proses biologis ini, banyak dipergunakan reactor lumpur aktif dan trickling filter.
d. Pengolahan tersier (tertiary treatment)
Pengolahan tersier merupakan tahap pengolahan tingkat lanjut yang ditujukan terutama untuk menghilangkan senyawa organik maupun anorganik. Proses pada tingkat lanjut ini dilakukan melalui proses fisik (filtrasi, destilasi, pengapungan, pembekuan, dan lain-lain), proses kimia (absorbs karbon aktif, pengendapan kimia, pertukaran ion, elektrokimia, oksidasi, dan reduks), dan proses biologi (pembusukan oleh bakteri dan nitrifikasi alga).
2. Pengolahan berdasarkan karakteristik
Proses pengolahan berdasarkan karakteristik air limbah dapat dilakukan secara:
a. Proses fisik, dapat dilakukan melalui:
1. Penghancuran
2. Perataan air (misalnya: mengubah system saluran dan membuat kolam)
3. Penggumpalan (misalnya: menggunakan alumunium sulfat dan ferrosulfat)
4. Sedimentasi
4. Pengapungan
5. Filtrasi
b. Proses kimia, dapat dilakukan melalui: 1.Pengendapan dengan bahan kimia
2.Pengolahan dengan logoon atau kolam
3. Netralisasi
4. Penggumpalan atau koagulasi
5. Sedimentasi (misalnya dengan discrete settling, floculant settling, dan zone settling)
6. Oksidasi dan reduksi
7. Klorinasi
8. Penghilangan klor (biasanya menggunakan karbon aktif atau natrium sulfat)
9. Pembuangan fenol
10. Pembuangan sulfur
c. Proses biologi, dapt dilakukan dengan:
1. Kolam oksidasi
2. Lumpur aktif (mixed liquid suspende solid / MLSS)
3. Trickling filter
4. Lagoon
5. Fakultatif
d. Proses fisika kimia biologi
e. Pengolahan tingkat lanjut
2.9 Limbah Rumah Sakit
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah domestic cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah cair klinis rumah sakit misalnya air bekas cuci luka, cuci darah, dll ; air bekas laboratorium dan lainnya.
Beberapa teknologi yang digunakan dalam pengolahan air limbah rumah sakit yakni antara lain: proses lumpur aktif, reactor putar biologis, proses pengolahan dengan biofilter “Up Flow”, serta proses pengolahan dengan system “biofilter anaerob-aerob.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Air buangan/ air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya.
Sumber air limbah yaitu air limbah rumah tangga, air limbah industri dan air limbah kotapraja.
Karakteristik air limbah ada 3 yaitu: karakteristik fisik, karakteristik kimia, karakteristik biologi.
Dampak pengelolaan air limbah antara lain : gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, gangguan terhadap keindahan, gangguan terhadap kerusakan benda.
Pengelolaan air limbah pun dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Dengan cara alamiah yaitu dengan kolam stabilisasi sedangkan dengan peralatan biasanya dilakukan pada IPAL, yang prosesnya dapat dikelompokkan menjadi primary treatment, secondary treatment,dan tertiary treatment.
3.2 Saran
1) Pembangunan instalasi pengolahan air limbah sudah mutlak dan harus dimiliki oleh setiap industri atau badan pengolah yang ditunjuk agar setiap air limbah yang dibuang ke badan air sudah masuk dalam baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemrintah.
2) Keseriusan dari semua pihak sangat diperlukan agar limbah industri yang ada benar-benar tidak mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia, kalau hal ini tidak kita mulai dari sekarang maka akan sama-sama kita lihat bahaya apa yang akan muncul ke depan yang menghadang kita.
3) Untuk mencegah penurunan kualitas hidrosfir yang disebabkan oleh air limbah diperlukan pemilihan sistem pengolahan air limbah yang tepat agar tidak memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan khususnya pada kesehatan masyarkat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Akua/akua.html
http://www.airminumisiulang.com/page/35/pengolahan_air_minum_dan_air_bersih

POWER OF THINK

sudah lama sekali rasanya tak memposting lagi di blog ini kali ini saya akan membahas POWER OF THINK
sibuknya menjadi semester 8 membuat saya menjadi sangat sibuk dibarengi lagi dengan antara jangka  KKM dan ujian proposal itu jaraknya sngat dekat menyebabkan waktu yang sangat sedikit harus sangat dimanfaatkan. pengalaman saya membuat saya yakin pada allah bahwa dia akan selalu memberi jalannya kepada kita apapun jalannya jangan anggap kegagalan menjadi sebuah benturan tapi anggaplah ada jalan lain yang lebih baik yang telah allah persiapkan. saya mengalami itu semua sewaktu sedang mengerjakan skripsi saya..walaupun sekarang belum beres tapi insya allah mendekati beres.. pertama-tama
1. THINK POSITIVE
berfikir positif merupakan hal yang penting bagi kehidupan seseorang akan berfikir positif dan insya allah semua keinginannya akan sesuai yang direncanakan walawpun terkadang kita tidak menyadarinya...
2. I CAN DO IT
setelah berfikir positif melakukan nya dan berusaha bahwa kita bisa melakukannya bukan hanya dipikrkan saja berusaha sangatlah penting oleh karena itu apa yang kita pikirkan haruslah sepadan dengan usahanya
3. TRY AGAIN
setelah berusaha seseorang pasti merasakan kegagalan atau tidak berusaha karena takut gagal.. buanglah kata gagal dalam pikiranmu dan kerjakan berfikirlah bahwa kamu akan sukses sehingga usahamu akan selalu dibarengi dengan positif thinking
4. BERSYUKUR
bersyukur atas kesuksesan akan selalu menambah kesuksesan yang anda buat... ingat ada Allah dibalik semua itu.
demikian dari saya membuat apa yang saya lami membuat saya berfikir Allah akan selalu memberikan yang terindah....

Jumat, Maret 08, 2013

IKATAN KIMIA (Sistem dengan lebih dari satu electron pada orbital d memiliki medan Kristal kuat dan lemah)


A.    Sistem dengan lebih dari satu electron pada orbital d memiliki medan Kristal kuat dan lemah
Pada umumnya, D(selisih energi total diantara tingkat yang lebih tinggi dengan tingkatan yang lebih rendah)  sangat besar maka medan kristal kuat, elektron cenderung berpasangan pada tingkat yang lebih rendah walaupun ada energi tolakan, membentuk konfigurasi spin-rendah. Jika medan Kristal sangat lemah maka D kecil, menyebabkan electron d mempertahankan konfigurasi spin maksimumnya, keadaa ini disebut spin-tinggi, dan karena itu mengorbankan energi pemampatan medan kristal (EMPK).
Persebaran medan kuat dan lemah untuk semua konfigurasi dn diperlihatkan gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1
 
img119.jpg
Perhatikan bahwa untuk medan kuat, elektron selalu berpasangan dalam tingkat yang lebih rendah dulu, mengisinya sebelum memasuki tingkat yang lebih tinggi. Untuk medan lemah, setiap orbital yang energinya tinggi maupun rendah, menerima satu elektron sebelum melalui berpasangan. Konfigurasi medan-lemah selalu memiliki skema pasangan seperti ion bebas.
Sebagai contoh sebuah ion dengan dua elektron d dalam tapak simetri octahedral. Sekarang kita ketahui apa yang akan terjadi pada elektron d pertama. Elektron kedua akan bergabung saja dengan yang pertama dalam tingkat energy yang rendah seperti ditunjukkan pada gambar 1, yaitu mengisi orbital terpisah sesuai dengan aturan Hund. System ini akan memperoleh EMPK total 2(2/5 Δ), atau 4/5 Δ. Karena konfigurasi spin sama dengan pada ion terkucil, maka tidak akan ada efek energi yang nyata karena perubahan dalam antraksi elektron d. Elektron d ketiga akan berkelakuan sama dan meningkatkan energy pemampatan medan Kristal sebanyak 2/5 Δ lagi.
Tetapi, elektron d keempat menghadapi pilihan yang sulit: elektron ini dapat turun ke tingkat energy yang lebih rendah dan berpasangan dengan satu elektron (tolakan) yang sudah ada disana, atau mungkin ke tingkat energy yang lebih tinggi yang kurang mantap dan tetap tidak berpasangan. Jika elektron turun ke bawah, kemantapan sistem meningkat sebanyak 2/5 Δ dikurangi energy antraksi atau kerja W yang harus diberikan jika elektron berpasangan. Jika elektron pergi ketingkat yang lebih tinggi, maka konfigurasi spin ion terkucil yang sangat mantap akan dipertahankan (tidak ada yang hilang akibat antraksi) nisbi terhadap kerja untuk berpasangan.
B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Medan Kristal
Kekuatan medan kristal atau harga 10 Dq dipengaruhi oleh banyak faktor. Empat faktor dintaranya adalah muatan ion pusat, jumlah ligan dan geometri kompleks, jenis ligan dan jenis ion pusat.
a.      Muatan Ion Pusat
Bertambah muatan ion pusat akan menyebabkan ligan-ligan tertarik lebih dekat ke ion pusat sehingga interaksi antara ligan-ligan dengan orbital-orbital d ion pusat bertambah kuat akibatnya pemisahan orbital d makin besar dan medan kristal yang timbul makin kuat. Secara teoritik penambahan muatan ion pusat dari 2+ ke 3+ akan meningkatkan harga 10 Dq sekitar 50 %. Sebagai contoh adalah [Fe(H2O)6]2+ memiliki 10 Dq sebesar 10000 cm–1 sedangkan ion [Fe(H2O)6]3+ memiliki 10 Dq sebesar 14000 cm-1
b.      Jumlah dan Geometri dari Ligan
            Semakin banyak jumlah ligan yang terikat pada ion pusat medan yang timbul makin kuat dan harga 10 Dq makin besar. Kekuatan medan oktahedral lebih dari 2 kali lipat kekuatan medan tetrahedral untuk ion pusat dan jenis ligan yang sama. Sebagai contoh ion [Ti(H2O)4]3+ memiliki 10 Dq sebesar 9000 cm –1 sedangkan ion [Ti(H2O)6]3+ memiliki 10 Dq sebesar 20300 cm –1. secara umum dianggap bahwa:
Dalam hal ini ada dua faktor yang mempengaruhi harga 10 Dq. Pada kedua kompleks tersebut yaitu:
a). Interaksi anatara ligan-ligan dengan orbital-orbital d dari ion pusat pada medan oktahedral lebih kuat dibandingkan pada medan tetrahedral.
b). Bertambahnya jumlah ligan akan memperbesar kekuatan interaksi dan pemisahan orbital-orbital d.
c.       Jenis Ligan
Ligan yang berbeda akan mengahsilkan kekuatan medan yang berbeda pula. Sebagai contoh adalah harga 10Dq untuk [CrCl6]3-, [Cr(NH3)6]3+ dan [Cr(CN)6]3- secara berturut-turut adalah 163 kJ. Mol-1 , 259 kJ.mol-1 dan 314 kJ.mol-1. urutan kekuatan beberapa ligan ditunjukan dalam deret spektrokimia(spectrochemical series) sebagai berikut: I- < Br- < S2- < SCN- < Cl- < NO3- < F- < OH- < ox2- < H2O < NCS- < CH3CN- < NH3 < py < en < dipy < phen < NO2- < fosfina < CN- < CO. Deret tersebut disebut juga deret Fajans-Tsuchida.
d.      Jenis Ion Pusat
Dalam satu golongan untuk ion-ion dengan muatan yang sama kekuatan medan yang timbul akibat interaksi antara ion pusat dengan ligan-ligan yang sama bertambah dengan bertambahnya periode. Hal ini disebabkan karena pada satu golongan dari atas ke bawah terjadi kenaikan muatan inti efaktif dengan bertambahnya periode. Kenaikan ini disebabkan karena efek saringan (shielding) orbital 5d < 4d < 3d. Kenaikan muatan inti efektif menyebabkan ligan-ligan tertarik lebih dekat ke ion pusat. Interaksi antara ligan-ligan dengan elektron-elektron pada orbital d ion pusat semakin kuat, pemisahan orbital d semakin besar demikian pula dengan harga 10Dq yang ada. Sebagai contoh harga 10Dq untuk ion-ion [Co(NH3)6]3+, [Rh(NH3)6]3+ dan [Ir(NH3)6]3+ secara berturut-turut adalah 296 kJ.mol-1 dan 490 kJ.mol-1

MAKALAH PERANG SALIB


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perang yang bermuatan  keagamaan (Perang Salib) yang terjadi hampir dua abad antara umat Kristen di Eropa dengan umat Islam di Asia menjadi sebuah sejarah panjang yang sulit untuk dilupakan dan  memberikan kontribusi berharga bagi kemajuan bangsa Eropa sekaligus sebuah peristiwa yang sangat memprihatinkan dan banyak memakan korban. Selain itu sejarah Perang Salib akan menjadi pelajaran yang berharga bagi umat manusia baik Barat maupun Timur.
Peperangan ini disebut dengan  Perang Salib karena ekspedisi militer Kristen mempergunakan salib sebagai pemersatu untuk menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitul Makdis dari tangan orang-orang Islam.
Sejarah manusia menunjukkan betapa agama kerapkali dijadikan alat untuk kepentingan tertentu. Ini juga halnya yang terjadi pada Perang Salib (Crusade). Karena perang ini merupakan reaksi dunia Eropa terhadap dunia Islam di Asia. Bagi orang Eropa sendiri perang ini dianggap sebagai kebangkitan agama, bahkan merupakan gerakan kerohanian yang tinggi yang mana dunia Kristen Barat menyadari dan menemukan identitas baru.
 Kebencian Kristen terhadap umat Islam dimulai sejak disebarkannya Islam ke daerah-daerah kekuasaan Bizantium, terutama pada abad ke-8 Masehi, yakni ketika umat Islam melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Kristen di Eropa. Mereka melihat bahwa kekuasaan Islam dapat mengancam bahkan menghancurkan Konstantinopel sebagai ibukota kerajaan Bizantium. Dendam dan kebencian yang disimpan umat Kristen mencetuskan Perang Salib yang tujuannya adalah merebut kembali wilayah-wilayah yang sudah dikuasai umat Islam.
Dalam pengkajian makalah ini penulis bertujuan untuk menjadikan fenomena sejarah masa lalu menjadi iktibar penting dengan menganalisis keberadaan Perang Salib itu sendiri, agar kiranya tidak terulang di masa yang akan datang.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat merumuskan masalah yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dari Perang Salib?
2.      Apa yang melatar belakangi terjadinya Perang Salib?
3.      Bagaimanakah periodisasi Perang Salib?
4.      Bagaimana pengaruh dari Perang Salib tersebut?
C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuannya yaitu:
1.      Dapat mengetahui maksud dari Perang salib.
2.      Dapat mengetahui latar belakang terjadinya Perang Salib.
3.      Dapat mengetahui periodisasi Pernag Salib.
4.      Dapat, mengetahui pengaruh dari Perang Salib.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Perang Salib
Perang salib (The Crusades) merupakan perang keagamaan selama dua abad yang terjadi sebagai reaksi kristen di Eropa terhadap umat Islam di Asia yang dianggap sebagai pihak penyerang. Sejak tahun 632 M hingga meletusnya Perang Salib, sejumlah kota-kota penting dan tempat suci umat Kristen telah diduduki umat Islam seperti Suriah, Asia Kecil, Spanyol, dan Sicilia.[1] Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim untuk mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur.[2]
Disebut Perang Salib karena ekspedisi militer Kristen memepergunakan Salib sebagai simbol pemersatu untuk menunjukan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci (Crusades) dan bertujuan untuk memebebaskan kota suci Baitulmakdis (Yerusalem) dari tangan orang-orang Islam.[3]
Bagi orang-orang Eropa, Perang Salib dikaitkan dengan kebangkitan kembali agama, dan bahkan diakitkan dengan suatu gerakan kerohanian besar dimana dunia Kristen Barat mengalami kesadaran identitas yang baru. Atas seruan Paus Urabanus II, seluruh raja-raja Kristen di Eropa bersatu dan mengerahkan rakyatnya terlibat dalam Perang salib. Namun, bagi umat Islam pada umumnya Perang Salib tidak lebih dari suatu insiden perbatasan, suatu kelanjutan dari pertempuran-pertempuran yang telah berlangsung di Suriah dan Palestina selama setengah abad belakangan.[4]­­­ Orang-orang Islam yang terlibat Perang Salib hanyalah mereka yang dekat dengan daerah pertempuran di wilayah Turki, Palestina, dan Mesir.[5]
B.     Latar Belakang Terjadinya Perang Salib
Penyebab langsung terjadinya perang salib adalah permintaan kaisar Alexius Connenus pada taun 1095 kepada Paus Urbanus II kaisar dari Bizantiun meminta bnatuan dari Romawi Karena daerah-daerah yang yang tersebar ke pesisir laut Marmora dibinasakan oleh bani saljuk. Bahkan, kota Konstantinopel diancam pula. Adanya permintaan ini, paus melihat kemungkinan untuk mempersatukan kembali (gereja yunani dengan Romawi yang telah terpecah tahun 1009-1054).[6] Selain itu terjadinya Perang Salib antara Timur-Islam dengan Barat-Kristen disebabkan oleh faktor-faktor utama yaitu agama, politik, dan sosial ekonomi.[7]
1.      Faktor Agama.
Pihak Kristen merasa tidak bebas menunaikan ibadah ke Baitulmakdis, sejak Dinasti Seljuk merebutnya dan Dinasti Fathimiyah tahun 1070 M. Para penguasa Seljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang pulang berziarah sering mengeluh karena mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk yang fanatik. Umat Kristen merasa perlakuan Dinasti Seljuk sangat berbeda dengan penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.
2.      Faktor Politik.
Kekalahan Bizantum tahun 1071 M di Manzikart (Malazkird atau Malasyrid, Armenia) dan Asia Kecil jatuh ke bawah kekuasaan Seljuk, mendorong Kaisar Alexius I Comnenus (Kaisar Konstaninopel) meminta bantuan kepada Paus Urbanus II untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah penduduk Dinasti Seljuk. Sementara itu, kondisi kekuasaan Islam sedang melemah sehingga orang-orang Kristen di Eropa berani untuk ikut dalam Perang Salib. Dinasti fathimiyah dalam keadaan lumpuh dan kekuasaan Islam di Andalusia semakin goyah dengan dikuasainya Toledo dan Sicilia oleh kristen Spanyol.
3.      Faktor Sosial Ekonomi.
Pedagang-pedagang besar di pantai Timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota Venezia, Genoa, dan Pisa berambisi untuk menguasai kota-kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan Laut Tengah sehingga rela menanggung sebagian dana Perang Salib. Apabila pihak Kristen Eropa menang, mereka menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka.
Stratifikasi sosial masyarakat Eropa terdiri dari tigs kelompok yaitu kaum gereja, kaum bangsawan dan ksatria, dan rakyat jelata. Ketika rakyat jelata dimobilisasi oleh pihak gereja untuk ikut perang Salib dijanjikan kebebaan dan kesejahtraan yang bai bila menang perang, mereka menyambut secara spontan dan berduyun0duyun terlibat dalam perang itu.
Saat itu, di Eropa berlaku hukum waris bahwa hany anak tertua yang berhak menerima harta warisan, apabila anak tertua meninggal maka harta warisan harus diserahkan pada gereja. Oleh karena itu, populasi orang miskin menigkat sehingga anak-anak yang miskin beramai-ramai mengikuti seruan mobilisasi umum Perang Salib., dengan harapan mendapatkan perbaikan ekonomi.[8]
Perang salib bagi orang-orang Kristen juga merupakan jaminan untuk masuk surga sebab perang salib , menurut mereka, adalah mati sebagai pahlawan agam dan langsung masuk surga walaupun mempuinyai dosa-dosa pada masa lalunya.[9]
C.    Periodisasi Perang Salib
Perang Salib yang berlangsung hampir 200 tahun itu tidak berlangsung secara terus menerus, tetapi secara bertahap. Permusuhan pun tidak berlangsung terus menerus karena ada masa damai, kerena itulah perang salib dibagi beberapa periode.[10] Diantara para sejarawan terdapat perbedaan pendapat dalam menetapkan periodisasi Perang Salib. Ahmad Syalabi membagi periodisasi Perang Salib atas tujuh Periode sedangkan Philip K. Hitti memandang Perang Salib berlangsung terus-menerus dengan kelompok-kelompok yang bervariasi, kadang-kadang lama atau sebentar, kadang-kadang berskala besar dan tidak jarang pula berskala kecil. Selain itu, garis demarkasi antara gerakan yang satu dan lainnya tidak jelas. Walaupun begitu, Hitti menyederhanakan pembagian Perang Salib dalam tiga periode.
1.      Periode Pertama (Periode penaklukan: 1096-1144 M)
Jalinan kerja sama antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II berhasil membangkitkan semangat umat Kristen, terutama akibat pidato Paus Urbanus II pada kondisi Clermont tanggal 26 November 1095 M.[11] Orang-orang yang hadir disana meneriakan slogan Deus Vult (tuhan menghendaki) sambil mengacungkan tangan. Pada musim semi 1907, 150.000 manusia, sebagian besar orang franka, norman, dan sebagian rakyat biasa menyambut seruan untuk berkumpul di Konstantinopel. Pada saat itulah gendering perang salib disebut begitu karena salib dijadikan lencana pertama ditabuh.[12] Pidato itu bergema ke seluruh penjuru negara kristen mempersiapkan berbagai bantuan utuk mengadakan penyerbuan. Gerakan yang dipimpin oleh Pierre I’Ermite, spontanitas diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat (rakyat jelata) yang tidak mempunyai pengalaman berperang, tidak disiplin, dan tanpa persiapan. Sepanjang jalan menuju Konstantinopel, mereka melakukan keonaran, perampokan, dan terjadi bentrokan dengan penduduk Hongaria dan Bizantium. Pasukan Salib akhirnya dapat dikalahkan oleh pasukan Dinasti Seljuk dengan mudah.
Angkatan berikutnya, pasukan Salib dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond sebagai ekspedisi militer yang terorganisir. Mereka menduduki kota suci Palestina (Yerusalem) pada tanggal 7 Juni 1099 M dengan terlebih dahulu merebut Anatolia Selatan, daerah Tarsus, Antiokia, Aleppo, dan ar-Ruha’ (Edessa). Mereka juga berhasil merebut Tripoli, Syam (Suriah), dan Acre. Sebagai akibat kemenangan itu, berdiri beberapa kerajaan Latin-Kristen. Di Timur yaitu Kerajaan Latin I di Edessa (1098 M) diperintah oleh Raja Baldwin, kerajaan latin II di Antiokia (1098 M) diperintah raja Bohemond, Kerajaan Latin III di Baitulmakdis (1099 M) diperintah oleh Raja Godfrey, dan Kerajaan Latin IV di tripoli (1109 M) diperintah oleh Raja Raymond.[13]
2.      Periode  Kedua (Periode reaksi umat Islam: 1144-1192 M)
Kaum Muslimin menghimpun kekuatan untuk menghadapi kekuatan kaum Salib yang telah menguasai beberapa wilayah kekuasaan Islam. Imaduddin Zanki, gubernur Mosul, membendung serangan pasukan Salib dan berhasil merebut kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa (ar-Ruha’) pada tahun 1144 M. Beliau wafat tahun 1146 M dan putranya, Nuruddin Zanki meneruskan cita-citanya membebaskan negara Islam di Timur dari cengkraman kaum Salib, berhasil merebut kembali kota-kota; Damaskus (1147 M), Antiokia (1149 M), dan Mesir (1169 M). Nuruddin Zanki wafat tahun 1174 M, komando pasukan Islam selanjutnya di bawah pimpinan Salahuddin al-Ayyubi (Saladin) di Mesir, pada tanggal 2 Oktober 1187 M berhasil membebaskan Baitulmakdis (Jerusalem) yang telah dikuasai kerajaan latin selama 88 tahun.[14]
Keberhasilan Salahuddin al-Ayyubbi itu membangkitkan semangat kaum Salib dengan mengirimkan ekspedisi militer yang lebih kuat pada tahun 1189 M, dipimpin oleh raja-raja Eropa yang besar yaitu: Frederick I (Barbarossa, kaisar Jerman), Richard I (The Lion-Hearted, raja Inggris), dan Philip II (Augustus, raja Perancis). Meskipun mendapat tantangan berat dari Salahuddin al-Ayyubi, mereka berhasil merebut Akka dan dijadikan ibukota kerajaan Latin, namun tidak berhasil memasuki Palestina. Pertempuran sengit terjadi antara pasukan Salahuddin al-Ayyubi dengan pasukan Philip dan Richard yang diakhiri dengan gencatan senjata dan membuat suatu perjanjian (disebut Shulh al-Ramlah) pada tanggal 2 November 1192 M. Inti perjanjian damai itu adalah daerah pedalaman menjadi milik kaum Muslimin dan umat Kristen yang akan ziarah ke Baitulmakdis terjamin keamanannya, sedangkan daerah pesisir utara, Acre dan Jaffa berada di bawah kekuasaan tentara Salib. Tak lama setelah perjanjian disepakati, Salahuddin al-Ayyubi wafat pada bulan Safsr 589 H/Februari 1193 M.[15]
3.      Periode Ketiga (Periode perang saudara kecil-kecilan atau kehancuran di dalam pasukan Salib: 1193-1291 M)
Periode ini lebih disemangati oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat material daripada motivasi agama. Tujuan mereka untuk membebaskan Baitulmakdis terlupakan, terbukti dari pasukan Salib yang dipersiapkan menyerang Mesir (1202-1204 M) ternyata membelokan haluan menuju Konstatinopel. Kota itu direbut, diduduki, dan dikuasai oleh Baldwin sebagai raja pertamanaya. Tentara Salaib yang dipimpin oleh raja Frederick II, berusaha merebut Mesir terlebih dahulu sbelum ke Palestina dengan harapan mendapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthy dan tahun 1219 Mberhasil menduduki Dimyat. Raja al_malik al-Kamil dari Dinasti Ayyubiyah membuat perjanjian dengan Frederick II, yang isiny antaralain Frederick bersedia melepaskan Dimyat dan al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina. Frederick menjamin keamanan kaum Msuslimin di sana dan tidak mengirim bantuan kristen di Syria. Pada masa Mesir diperintah al-malik al-Shalih, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum Muslimin tahun 1247 M.[16]
Pada periode ini telah terukir dalam sejarah munculnya pahlawan wanita yang terkenal gagah berani yaitu Syajar ad-Durr. Ia berhasil menghancurkan pasukan raja Louis IX dari Perancis dan sekaligus menangkap raja tersebut. Pahlawan wanita ini pun telah mampu menunjukan sikap kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan raja Louis kembali ke negerinya. Setelah Mesir dikuasai dinasti Mamalik, pimpinan perang dipegang oleh Baybars yang berhasil merebut kembali seluruh benteng yang dikuasai tentara Salib. Pada 1286 M, kota Yaffa dapat ditaklukan, tahun 1289 M menaklukan kota Tripoli (Libanon) dan kota Akka dikuasai pada tahun 1291 M. Sejak ssat itu tentara Salib habis diseluruh benua Timur.[17]
D.    Pengaruh Perang Salib
Secara garis besar dampak perang salib adalah Saling tukar menukar ilmu pengetahuan antara Kristen dengan islam. meski benua Eropa bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara semenanjung Liberia dengan Sicilia.[18]
Pihak Islam pada akhirnya dapat memenangkan Perang Salib yang sangat melelahkan, berlangsung tahun 1096-1291 M. Walaupun menang umat Islam sebenarnya mengalami kerugian yang luar biasa karena peperangan itu terjadi di kawasan dunia Islam (Turki, Palestina, dan Mesir). Sebaliknya bagi pihak Kristen, mereka menderita kekalahan dalam Perang Salib, namun mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya karena mereka dapat berkenalan dengan kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah maju. Kebudayaan dan peradaban yang mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan lahirnya Rennaisans di Barat. Kebudayaan yang mereka bawa ke Barat terutama dalam bidang militer, seni, perindustrian, perdagangan, pertanian, astronomi, kesehatan, dan kepribadian.[19]


1.      Dalam bidang militer
Dunia Barat menemukan persenjataan dan teknik berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya, seperti penggunaan bahan-bahan peledak untuk melontarkan peluru, pertarungan senjata dengan menunggang kuda, teknik melatih burung merpati untuk kepentingan informasi militer, dan penggunaan alat-alat rebana dan gendang untuk memberi semangat kepada pasukan militer di medan perang.
2.      Dalam bidang perindustrian
Mereka banyak menemukan kain tenun sekaligus peralatan tenundi dunia Timur. Utnuk itu mereka mengimpor berbagai jenis kain seperti mosselin, satin, dan damast dari Timur ke Barat. Mereka juga menemukan berbagai jenis parfum, kemenyan dan getah Arab yang dapat mengharumkan ruangan.
3.      Dalam bidang pertanian
Mereka menemukan sitem pertanian yang sama sekali baru di dunia Barat dari dunia Timur-Islam seperti model irigasi yang praktis dan jenis tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang beraneka macam. Disamping itu merka menemukan gula yang dianggap cukup penting.
4.      Dalam bidang perdaganagan
Sebagai akibat hubungan perniagaan dengan Timur menyebabakan mereka menggunakan mata uang sebagai alat tukar barang, sebelumnya mereka menggunakan sitem barter. Kontak perdagangan antara Timur dan Barat semakin pesat, dimana Mesir dan Syria sangat besar artinya sebagai lintas perdagangan. Kekayaan kerajaan dari rakyat kian melimpah hingga membuka jalan perdagangan sampai ke Tanjung Harapan dan lama kelamaan perdagangan dan kemajuan timur berpindah ke Barat (Eropa).
5.      Dalam bidang astronomi
Ilmu astronomi yang dikembangkan Isam sejak abad ke-9 telah mempengaruhi lahirnya berbagai observatorium di dunia Barat. Mereka juga meniru rumah sakit dan tempat pemandian. Berita perjalanan Marcopolo dalam mencari benua Amerika di abad ke-13 sebagai langkah awal bagi perjalanan Colombus ke Amerika tahun 1492 M. Sikap dan kepribadian umat Islam di Timur telah memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa yang sebelumnya tidak mendapatkan perhatian.[20]

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Perang Salib (The Crusades) merupakan perang keagamaan selama dua abad yang terjadi sebagai reaksi kristen di Eropa terhadap umat Islam di Asia yang dianggap sebagai pihak penyerang. Terjadinya Perang Salib antara Timur-Islam dengan Barat-Kristen disebabkan oleh faktor-faktor utama yaitu agama, politik, dan sosial ekonomi. Perang Salib yang berlangsung hampir 200 tahun itu tidak berlangsung secara terus menerus, tetapi secara bertahap karena itulah perang salib dibagi beberapa periode yaitu, Perang Salib I, Perang salib II dan Perang Salib III. Secara garis besar dampak perang salib adalah Saling tukar menukar ilmu pengetahuan antara Kristen dengan islam. meski benua Eropa bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara semenanjung Liberia dengan Sicilia.


[1] Ratu Suntiah, Maslani, 2011, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV. Insan Mandiri, h. 133 dikutip dari Ensiklopedi Islam Jilid 4, 1994, Jakarta: PT. Ichtar BaruVan Hoeve, h. 240.
[3] Ratu Suntiah, Maslani, 2011, Op. Cit., h. 133 dikutip dari Ensiklopedi Islam Jilid 4, 1994, Jakarta: PT. Ichtar BaruVan Hoeve, h. 240.
[4] Ratu Suntiah, Maslani, 2011, Op. Cit., h. 133.
[5] Ibid.
[6] Dedi Supriyadi, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, h. 171
[7] Ratu Suntiah, Maslani, 2011, Op. Cit., h. 134 dikutip dari Ensiklopedi Islam Jilid 4, Op. Cit., h. 240-241
[8] Ratu Suntiah, Maslani, 2011, Op. Cit., h. 134-135.
[9] Dedi Supriyadi, 2008, Op. Cit., h. 172
[11] Ratu Suntiah, Maslani, 2011, Op. Cit., h. 135.
[12] Dedi Supriyadi, 2008, Op. Cit., h. 172
[13] Ratu Suntiah, Maslani, 2011, Op. Cit., h. 135.
[14] Ibid., h. 136
[15] Ibid.
[16] Ibid.
[17] Ibid., h. 137.
[19] Ratu Suntiah, Maslani, 2011, Op. Cit., h. 137.
[20] Ibid., h. 138.