Three Cute Cherries


Kamis, September 25, 2014

APLIKASI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM
kali ini insya allah saya akan membahas tentang aplikasi tentang media pembelajaran
curhat dulu setelah sekian lama disibukan dengan padatnya kuliah dan skripsi alhamdulillah telah selesai pada waktunya... berhubungan dengan media pembelajaran ternyata membuat media pembelajaran yang valid itu tidak segampang yang dipikirkan mudah kalo tidak ada yang evaluasi.. he.. karenanya saya dibikin olab dengan yang namanya macromedia director dan adobe flash. sebetulnya sudah banyak media pembelajaran yang telah beredar di dunia maya dan bisa didownload secara gratis tapi terkadang media itu bikin bingung siswa kalo yang belum mengerti atau terkadang latihannya kurang jadi kita sebagai pengguna tidak tahu hasil dari apa yang kita pelajari. 
terkait masalah media pembelajaran yang marak biasanya dalam bentuk swf dan ppt tapi itu sudah biasa dan marak ada website yang menyediakan berbagai media meskipun agak sulit karena harus pakai aplikasi java karena kalau flash biasanya sudah ada dalam komputer tapi java agak jar4ang.
ini adalah link website media pembelajaran kimia https://phet.colorado.edu/en/simulations/category/chemistry

Jumat, April 25, 2014

CONTOH LAPORAN PENELITIAN MINAT SISWA TERHADAP KIMIA



I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan Undang-Undang Dasar pasal 31 ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Tujuan di atas dapat dicapai salah satunya dengan mengembangkan dan meningkatkan mutu serta daya saing dalam pembelajaran di sekolah-sekolah. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran bagi guru-guru di sekolah yang di lakukan harus selalu mengacu pada tujuan undang-undang dengan memperhatikan karakteristik siswa sebagai penerus bangsa.
Seorang guru setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa-siswa yang berbeda satu sama lain. Siswa-siswa yang ada didalam kelas, tidak seorangpun yang sama. Mungkin dua orang kelihatannya hampir sama, akan tetapi pada kenyataannya jika diamati keduanya tentu terdapat perbedaan.Untuk itu di perlukan guru-guru yang berkualitas, yang menguasai pendekatan, strategi, model dan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat mengelola kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dikelas guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah, padahal siswapun dapat berperan aktif dalam pembelajaran sehingga dalam penyampain materi pembelajaran guru dapat menggunakan metode dan media yang beragam untuk membuat siswa lebih faham tentang konsep suatu materi.untuk mewujudkan hal tersebut selain metode dibutuhkan juga sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya pembelajaran.
 Namun pada kenyataanya sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran kimia. Hal ini mungkin di sebabkan oleh pendekatan, strategi, model, atau metode yang diterapkan oleh guru kurang sesuai, juga kemampuan guru serta sarana pembelajaran yang meliputi media, alat peraga dan buku pegangan siswa yang terbatas atau sebab lain yang tidak diketahui. Keadaan ini mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian tentang pembelajaran kimia di sekolah tepatnya di SMA Pasundan Banjaran, dengan harapan dapat mengetahui  proses belajar mengajar di lapangan khususnya pada mata pelajaran kimia.
B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas kelas  X semester genap di sekolah SMA Pasundan Banjaran ?
b.      Metode apa saja yang dilakukan guru dalam pembelajaran kimia kelas  X semester genap di sekolah SMA Pasundan Banjaran ?
c.       Bagaimana sarana dan prasarana di sekolah SMA Pasundan Banjaran ?
C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yaitu :
·         Untuk mengetahui pembelajaran kimia di SMA Pasundan Banjaran
·         Untuk mengetahui metode apa saja yang dilakukan guru dalam pembelajaran kimia kelas X semester genap di sekolah SMA Pasundan Banjaran
·         Untuk mengetahui fasilitas atau sarana prasarana yang dapat menunjang dalam proses pembelajan
D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah dapat menjadi gambaran bagi peneliti dalam pembelajaran kimia di masa yang akan datang. Sehingga dapat dijadikan tolak ukur agar nantinya bisa lebih baik dalam melakukan pembelajaran dikelas.


A.    Teknik Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data, terlebih dahulu dilakukan tahap pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
Untuk mengetahui kualitas proses kegiatan pembelajaran dan mengetahui tingkat peran aktif guru selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung maka dilakukan observasi. Kami  melakukan penelitian di salah satu sekolah dengan langkah-langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam bentuk wawancara yang ditujukan pada guru, penyebaran angket pada siswa dan guru, dan observasi pembelajaran di kelas serta lingkungan yang mendukung pembelajaran.
Angket siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap kinerja guru dalam pembelajaran di kelas . Sedangkan untuk mengetahui metode dan media yang biasa digunakan oleh guru pada setiap materi menggunakan angket guru. Wawancara dilakukan kepada guru yang terdiri dari 7 pertanyaan yang meliputi latarbelakang pendidikan guru dan materi yang sulit dimengerti siswa, untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran guru dikelas dan lingkungan yang mendukung pembelajaran kami berperan sebagai observer dan melakukan observasi di kelas.
B.     Tekhnik Analisis Data
1.      Angket siswa
Pada angket siswa kami menggunakan persentase dalam analisis dengan rumus
Keterangan :
%X = persen yang dicari
F = jumlah siswa yang menjawab sering, pernah atau tidak pernah
n = jumlah total siswa
2.      Angket guru
Dalam menganalisis angket guru kami hanya menndeskripsikan dalam bentuk kata-kata yang disajikan dalam tabel.
3.      Observasi aktifitas guru
Dalam observasi aktifitas guru kami menganalisis dari lembar observasi dan dihubungkan dengan teori-teori yang bersangkutan.
4.      Observasi kelengkapan laboratorium
Dalam observasi kami menganalisis dari lembar observasi mengenai kelengkapan laboratorium menurut panduan pengelolaan laboretorium kimia.
5.      Wawancara
Dalam menganalisis hasil wawancara  kami mendeskripsikan biografi guru kimia
I.                   ANALISIS DATA
A.    Angket Siswa
Angket dibagikan kepada 39 siswa. Didalamnya terdapat 8 pernyataan dengan pilihan yang disediakan yaitu sering, pernah, dan tidak pernah. Pernyataannya sebagai berikut :
No
Pernyataan angket
Persentase
Sering
Pernah
Tidak pernah
1
Guru masuk kelas tepat waktu

79,48 %
20,5 %
0 %
2
Guru mengulas kembali materi sebelumnya ketika pembelajaran

89,7 %
5,12 %
2,56 %
3
Guru menggunakan media pembelajaran



Charta
15,38 %
61,54 %
23,07 %
Power point
2,56 %
5,12 %
92,30 %
Alat dan Bahan Praktikum
12,82 %
76,92 %
10,25 %
4
Guru mengadakan praktikum pada setiap BAB kimia
5,12 %
84,61 %
10,25 %
5
Guru mengulas materi yang akan diujikan
79,48 %
17,94 %
0 %
6
Guru memberikan evaluasi setelah pembelajaran
58,97 %
41,02 %
0 %
7
Guru mengadakan test setiap akhir BAB kimia
92,30 %
2,56 %
5,12 %
8
Guru membahas hasil test yang telah diujikan sebelumnya
71,79 %
28,20 %
0 %

B.     Angket Guru
Angket diberikan kepada guru kimia kelas X SMA PASUNDAN BANJARAN, yang didalamnya terdapat 5 pertanyaan yaitu mengenai pendekatan, metode, media, bahan pembelajaran, dan tehnik penilaian yang digunakan dalam pembelajaran kimia di sekolah tersebut.
X/2
Pendekatan Pembelajaran
Metode Pembelajaran
Media Pembelajaran
Bahan Pembelajaran
Tehnik Penilaian
K
A
P
Elektolit
Non elektrolit
-  Konstektual
-  Deduktif
-  Proses
-  Konsep
-  Diskusi
-  Praktikum
-  Carta
-  Alat dan Bahan Praktikum
-  LKS
-  Buku
Ö
Ö
Ö
Redoks
-  Konstektual
-  Deduktif
-  Proses
-  Konsep
-  Diskusi
-  Praktikum
-  Ceramah
-  Carta
-  Alat dan Bahan Praktikum
-  LKS
-  Buku
Ö
Ö
Ö
Tata Nama IUPAC
-  Konstektual
-  Deduktif
-  Proses
-  Konsep
-  Diskusi
-  Ceramah

-  Carta

-  LKS
-  Buku
Ö
Ö
_
Hidrokarbon
-  Konstektual
-  Deduktif
-  Proses
-  Konsep
-  Diskusi
-  Ceramah

-  Alat dan Bahan Praktikum
-  LKS
-  Buku
Ö
Ö
Ö
Minyak Bumi
-  Konstektual
-  Deduktif
-  Proses
-  Konsep
-  Diskusi


-  Carta
-  Persentasi (ppt)
-  LKS
-  Buku
Ö
Ö
_
C.    Observasi
1.      Observasi Aktifitas Guru
Observer melihat, mendengar, merasakan aktifitas guru kimia ketika pembelajaran di kelas X SMA PASUNDAN BANJARAN tentang Tata Nama  dan Reaksi-reaksi yang terjadi pada Hidrokarbon. Adapun aspek yang diamati yaitu :



No
Aspek yang diamati
YA
TIDAK
Keterangan
1
Guru membaca salam

ü

2
Guru mengabsen siswa

ü

3
Guru mengulang kembali pelajaran minggu lalu
ü


4
Guru memberikan motivasi kepada siswa

ü

5
Guru menuliskan judul materi yang akan di ajarkan
ü


6
Guru bertanya kepada siswa
ü


7
Guru memberikan reinceforment kepada siswa yang bertanya/berpendapat

ü

8
Guru menyempurnakan jawaban siswa
ü


9
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

ü

10
Guru memberikan evaluasi/tes/quis di akhir pembelajaran
ü


11
Guru menyimpulkan materi pembelajaran
ü



2.      Observasi Kelengkapan Laboratorium
Observer mengamati Laboratorium IPA di  SMA PASUNDAN BANJARAN. Aspek yang diamati yaitu :
NO
ASPEK YANG DIAMATI
YA
TIDAK
KETERANGAN
1
Laboran  di labolatorium

ü

2
Tata tertib di labolatorium
ü


3
Alat kimia
ü


4
Bahan kimia
ü




NO
ASPEK YANG DIAMATI
YA
TIDAK
KETERANGAN
5
Admisistrasi alat

ü

6
Administrasi bahan

ü

7
Perlengkapan laboratorium
ü


8
Tabung pemadam api
ü


9
Kotak P3K
ü


10
Ruang persiapan
ü


11
Ruang penyimpanan alat kimia
ü


12
Ruang penyimpanan zat/bahan kimia
ü


13
Pembuangan limbah laboratorium

ü

14
KIT pembelajaran kimia
ü


15
Lemari asam
ü


16
Panggung demonstrasi
ü



D.    Wawancara
Berdasarkan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada guru kimia dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Guru pelajaran Kimia kelas X SMA PASUNDAN BANJARAN bernama Dra. R. Ida Farida. Beliau telah mengajar di SMA selama 20 tahun. Latar belakang pendidikan yaitu dari Universitas Pendidikan Indonesia. Jurusan Pendidikan Kimia.
Dalam pemberian evaluasi, beliau selalumembrikan soal essay. Dibuat berbeda soalnya yaitu setiap siswa mendapatkan soal yang berdeda dengan teman di depan, belakang, kanan, dan kirinya. Terkadang guru ini membagi satu kelas menjadi 2 kloter. System evaluasinya tergantung pada banyak atau sedikitnya materi. Tidak selalu setiap akhir BAB diadakan test.



II.                PEMBAHASAN
A.    Angket Siswa
Berdasarkan angket yang dibagikan kepada siswa banyak data yang didapat. Selama ini, guru kimia masuk tepat waktu menurut 31 siswa (79,48 %). Dengan begitu, waktu yang disediakan sekolah untuk pembelajaran kimia tidak molor. Guru mengulas kembali materi sebelumnya ketika pembelajaran, sebanyak 35 siswa (89,7 %) berpendapat “sering”. Pelajaran atau materi yang telah disampaikan pada minggu sebelumnya di ulas kembali atau guru me-recall dengan tujuan mengingatkan kembali kepada siswa tentang materi yang telah diajarkan supaya nyambung/sinkron dengan materi yang akan diajarkan. Sesuai dengan pernyataan Muhibbin (2009: 167) yang menyatakan pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasil belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang.
Dalam pembelajaran kimia, biasanya untuk menambah daya tarik siswa terhadap suatu pelajaran perlu adanya media. Di SMA PASUNDAN BANJARAN kelas X, guru kimia lebih sering menggunakan charta dibandingkan dengan power point, serta alat dan bahan praktikum. Charta yang disajikan dalam pembelajaran kimia seperti halnya model atom, larutan elektrolit-non elektrolit, redoks, tata nama IUPAC. Ketika menggunakan charta guru merasa terbantu dalam menjelaskan. Sementara guru menjelaskan, siswa tidak hanya membayangkan setidaknya siswa dapat melihat secara garis besarnya saja (tidak terlalu berpikir abstrak).  Power point tidak menjadi priotitas karena berkaitan dengan fasilitas sekolah juga. Ketika power point-nya ada, namun proyektornya belum ada. Jadi belum terrealisasikan mengenai hal ini. Sedangkan alat dan bahan praktikum ini digunakan ketika guru melaksanakan praktikum di laboratorium. Selain itu, kalau di kelas guru menggunakan molymod misalkan dalam menyampaikan materi Hidrokarbon.
Guru pun mengadakan praktikum pada setiap BAB kimia. Dalam hal ini siswa berpendapat “pernah” sebanyak 33 orang (84,61 %). Karena memang tidak semua materi kimia ada praktikumnya. Konsep yang telah siswa pelajari akan dapat mendorong siswa untuk mencari hubungan konsep yang siswa dapat dengan konsep lain atau yang belum dipelajari. Menurut salah satu ahli (dalam Arifin, 2000: 70) bahwa siswa dapat berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip dengan melakukan eksperimen (praktikum) yang memberi kesempatan siswa untuk menemukan prinsip-prinsip sendiri.
Guru mengulas materi yang akan diujikan. Ketika akan diadakan ujian/ulangan siswa dibimbing oleh guru untuk mengulas materi atau kisi-kisi yang diberikan kepada siswa. Secara tidak langsung belajar bersama di kelas, supaya ketika ulangan nanti siswa dapat mengerjakan soal yang disediakan oleh guru.
Guru memberikan evaluasi setelah pembelajaran. Sebanyak 58,97 % siswa menyatakan “sering”. Siswa diberikan soal, baik lisan maupun tulisan di akhir pembelajaran. Terkadang guru memberikan PR (pekerjaan rumah) untuk dikerjakan siswa guna mengaplikasikan apa yang didapat di kelas.
Guru mengadakan test setiap akhir BAB kimia. Namun tidak selalu setiap BAB juga, tergantung pada banyak materinya. Kalau misalkan dalam satu BAB materinya banyak bisa sampai 2 kali test.
Guru membahas hasil test yang telah diujikan sebelumnya. Siswa mendapatkan feedback setelah ujian/ulangan. Guru membahas kembali soal-soal dan jawabannya yang benar. Sehingga siswa dapat lebih mengerti di bagian mana salahnya.
B.     Angket Guru
Di semester 2 kelas X, materi yang diberikan yaitu Larutan elektrolit-non elektrolit, Redoks, Tata nama IUPAC, Hidrokarbon, dan Minyak bumi. Dalam pembelajaran guru penting menggunakan pendekatan, metode, media, bahan pembelajaran, dan tehnik penilaian (kognitif, afektif, dan psikomotor).
Berdasarkan angket yang telah diisi oleh guru kimia, dalam pembelajaran kimia kelas X semester 2 ini menggunakan pendekatan kontekstual, deduktif, induktif, proses, dan konsep. Selain itu, metode pembelajaran yang digunakanada diskusi, ceramah, dan praktikum. Sering digunakan yaitu diskusi karena pembelajaran akan lebih hidup dan peran aktif dari siswa. Lalu ceramah juga digunakan guna menjelaskan apa-apa yang menjadi informasi penting yang harus diketahui oleh siswa. Sedangkan praktikum digunakan ketika memang dalam materinya ada praktikum.
Media pembelajaran yang digunakan diantaranya charta, alat dan bahan praktikum, serta power point. Guru lebih sering menggunakan charta karena praktisnya sudah tersedia dan kalaupun membuat sendiri itu lebih ringan. Alat dan bahan praktikum seperti halnya molymod. Sedangkan power point sangat jarang dikarenakan fasilitas yang kurang memadai.
Bahan pembelajaran yang digunakan adalah buku dan LKS. Menurut wawancara terhadap guru kimia, buku sumber yang digunakan yaitu BSE, Erlangga, dan Grafindo. Sedangkan siswa menggunakan BSE saja, karena sudah tersedia di perpustakaan sekolah. Terkadang guru juga merasa kesulitan menggunakan BSE, karena rumit dalam penjelasannya. Maka dari itu, digunakan juga LKS. Namun guru tidak membuat sendiri melainkan ada pihak dari luar yang mengirim ke sekolah.
Selanjutnya tehnik penilaian yang digunakan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
C.    Observasi
Dalam melaksanakan studi lapangan, observer masuk ke kelas mengikuti kegiatan pembelajaran kimia dari awal sampai akhir di satu kelas. Ternyata guru tidak mengucapkan salam dan mengabsen siswa. Tidak tahu lupa atau memang sudah menjadi kebiasaannya. Guru langsung memulai pelajaran dengan sedikit mengulang kembali pelajaran minggu lalu. Untuk menjembatani pelajaran yang akan diajarkan. Supaya siswa tahu materi apa yang diajarkan.
Namun guru tidak memberikan motivasi kepada siswa. Pemberian motivasi adalah salah satu tahapan penting dalam proses belajar mengajar. Seperti yang diungkapkan Atkinson dan Father dalam Soemanto (2006: 189) bahwa motivasi siswa untuk hasil belajar ketika pengalaman belajar masa lampau yang buruk menyebabkan ia merasa tidak senang dan takut akan kegagalan. Guru tersebut langsung masuk ke materi yang diajarkan. Lalu guru bertanya kepada siswa, karena ketika guru menulis judul materi langsung menulis soal tentang Tata nama IUPAC serta reaksi-reaksi dalam Hidrokarbon. Seperti halnya reaksi substitusi, eliminasi, dan sebagainya. Siswa pun dengan segera menulis dan menjawab pertanyaan guru.
Tapi tidak semua siswa bersikap seperti itu, ada yang sibuk menulis, ngobrol dengan teman sebangkunya, membenarkan poni rambut, bahkan ada yang mengunyah permen karet di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. Guru tersebut menegur, mengontrol pekerjaan siswap, dan merekapun memperhatikan kembali soal yang diberikan. Seperti yang diungkapkan Isjoni (2010: 62) sebagai fasilitator seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut: membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan secara individual maupun kelompok, membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka, membina siswa agar setiap orang merupakan sumberyang bermanfaat bagi yang lainnya.
Ketika ada siswa yang menjawab pertanyaan dan jawabannya itu benar, guru kurang memberikan reinceforment (pujian, hadiah). Namun guru menyempurnakan jawaban siswa. Selanjutnya, guru memberikan evaluasi yaitu berupa test di akhir pembelajaran. Dan menyimpulkan materi yang diajarkan pada saat itu.
Kekurangannya guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Seakan guru menganggap siswanya sudah mengerti.
Selain di kelas, observer juga melihat keadaan laboratorium SMA PASUNDAN BANJARAN. Ternyata bukan khusus Kimia, namun laboratorium IPA. Seperti yang diungkapkan seorang mahasiswa Kimia Dasar tahun 1928 (dalam Yunita, 2009: 1) bahwa laboratorium kimia adalah sangat akrab berhubungan dengan sains dari kimia, yang tanpa eksperimen semangat sejati dari sains tidak mungkin tercapai. Selain itu, menurut Depdiknas, 2000 (dalam Yunita, 2009: 20) dikemukakan laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai.
Di SMA ini tidak memiliki laboran. Menurut Yunita (2009: 36) tugas laboran adalah mengerjakan administrasi tentang alat/bahan, mempersiapkan dan menyimpan kembali alat/bahan yang digunakan dalam pembelajaran, dan mempertanggungjawabkan atas kebersihan alat dan ruang laboratorium beserta kelengkapannya. Maka dari itu, yang menyiapkan untuk praktikum adalah guru yang bersangkutan. Mulai dari alat, bahan, sampai LKS praktikum. Selayaknya laboratorium yang ideal, di SMA ini terdapat Tata Tertib di Laboratorium yang terpampang pada dinding dengan ukuran yang cukup besar supaya terbaca oleh siswa atau guru sebagai pengguna laboratorium tersebut. Selain itu tabung pemadam api juga ada, karena takut terjadi kebakaran alatnya sudah ada. Kotak P3K tersedia, persiapan kalau ada kecelakaan karena alat. Misalkan jari berdarah terkena pecahan gelas kimia yang jatuh.
Alat kimia tersusun rapi, bersih, tanpa ada debu di rak penyimpanan. Alat yang ada cukup lengkap mulai dari gelas kimia, tabung reaksi, erlenmeyer, buret, klem, statif, dan sebagainya. Sama halnya dengan bahan/zat kimia yang tersedia cukup lengkap untuk melakukan praktikum tingkat SMA jurusan IPA. Bahan kimianya tersimpan dalam tempat yang sesuai seperti  jenis asam disimpan dalam botol gelap agar tidak bereaksi dan penyimpanannya terpisah dengan bahan yang lain. Namun administrasi alat dan bahan kimia masih kurang, karena kesibukan guru kimianya sendiri dengan pembelajaran di kelas. Menurut Yunita (2009: 41) bahwa tujuan dari pengadministrasian alat dan bahan agar dengan mudah dapat diketahui: jenis alat atau bahan yang ada, jumlah masing-masing alat dan bahan, dan jumlah yang pecah, hilang atau habis.
KIT pembelajaran kimia ada dan tersimpan di lemari penyimpanan.  Keadaannya masih rapi, tapi sedikit bedebu. Pertanda belum digunakan. Seperti pada umumnya di laboratorium kimia harus ada lemari asam, di SMA ini ada dengan keadaannya baik-baik saja. Hanya ketika dilihat posisi paralon ke luar laboratorium itu langsung ke area parkir motor. Jadi polusi dari motor dan asap yang keluar dari lemari asam menjadi bersatu. Selain itu juga terdapat panggung demonstrasi, tempat untuk guru menjelaskan bagaimana praktikum itu dilaksanakan sesuai dengan prosedur.
Namun di sekolah ini tidak terdapat tempat pembuangan limbah laboratorium. Jadi dibuang ke wastafel dengan diencerkan terlebih dahulu


















III.             KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan di SMA Pasundan Banjaran dapat disimpulkan bahwa guru kimia yang mengajar di SMA tersebut bagus yaitu dilihat dari latarbelakang pendidikan dan pengalaman mengajarnya sehingga ketika mengajar di kelas guru mendapat respon positif dari murid saat guru tersebut memberikan beberapa pertanyaan tentang materi yang diajarkan.
Guru tersebut menggunakan beberapa pendekatan, metode, media, bahan, dan tehnik penilaian dalam pembalajaran di kelas X semester genap.
Pendekatan yang digunakan diantaranya pendekatan konstektual, deduktif, proses dan konsep. Metode yang digunakan ceramah, diskusi, dan praktikum. Media yang digunakan carta, alat dan bahan praktikum dan presentasi (powerpoint). Bahan yang digunakan LKS dan buku sumber. Sedangkan tehnik penilaian menggunakan aspek kognitif,apektif, dan psikomotor.
B.     Saran
Idealnya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru benar-benar sesuai dengan apa yang di harapkan oleh siswa dan juga sesuai dengan kondisi siswa. Guru  harus lebih memperhatikan pemberian motifasi dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum mengerti untuk bertanya.








 

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: FMIPA UPI.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. (2003).Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Isjoni. (2010). Cooperatif Learning. Bandung: ALFABETA.
Ruswandi, Uus. (2010).Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung: CV Insan Mandiri.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Soemanto, Wasty. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sunarto. (1994). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud.
Syah, Muhibin. (2008). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Yunita. (2009). Panduan Pengelolaan Laboratorium Kimia. Bandung: CV Insan Mandiri.















II.                KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian Belajar Dan Mengajar
Beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto (2003:2)
Sedangkan Hamalik (2003:27) mengemukakan bahwa belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behaviour through experiencing).
Menurut pengertian ini, belajar merupakan proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil. Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan suatu perubahan nilai, kecakapan, dan perilaku melalui pengalaman, sebagai usaha yang disengaja melalui rangsang/stimuli.
Mengajar menurut Alvin W Howard adalah suatu aktifitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, ideal, cita-cita, appreciation (penghargaan) dan knowledge Slameto (2003:32)
B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a.  Faktor Intern
       Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, misalnya faktor kesehatan, cacat tubuh,  inteligensi, minat, bakat dan kelelahan baik jasmani maupun rohani.
b.  Faktor Ekstern
       Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Slameto (2003:60) mengelompokkan faktor ekstern menjadi tiga faktor, yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor sekolah antara lain: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, metode belajar, tugas rumah dan disiplin sekolah.Sedangkan faktor masyarakat antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentukkehidupan dalam masyarakat.
  1. Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Kelas
Kelas merupakan sarana atau tempat penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang paling dini, bahkan sampai perguruan tinggi. Dalam pembelajaran di kelas, “belajar itu akan lebih berhasil apabila sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Cita-cita di masa yang akan datang merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhan siswa untuk belajar” (Sunarto, 1994:159).
Dengan mempertimbangkan guru sebagai jabatan profesional tugas guru tidak hanya memberikan pelajaran dalam kelas dan pada jam pembelajaran yang telah dijadwalkan tapi juga meliputi a) merencanakan program pembelajaran b) mengelola proses pembelajaran c) menilai proses hasil belajar d) mendiagnosis berbagai masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran e) memperbaiki program pembelajaran dan memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik di luar jam pelajaran[1]
Sebagian besar guru tidak menyadari akan pengalaman pembelajaran di kelas pada umumnya yang masih bersifat tradisional. Kebanyakan guru di kelas hanya berceramah menerangkan konsep, memberikan contoh soal dan latihan soal, kemudian mengadakan ulangan harian tanpa harus memperhatikan kebutuhan siswa dalam belajar.
Guru mengajar seperti hanya menyuapi makanan kepada siswanya. Siswa harus menerima suapan itu tanpa ada perlawanan, tanpa aktif berfikir, orang yang belajar dianggap sebagai individu yang pasif tanpa bisa memberikan kritik apakah pengetahuan yang di terimanya benar atau tidak. Akibatnya siswa menjadi sangat pasif, tidak kreatif dan tidak produktif. Bila hal ini tidak segera diatasi maka tidak heran bila pemahaman siswa terhadap pelajaran masih belum maksimal.






III.             METODE PENELITIAN
A.    Metode Penelitian
Pada penelitian ini kami menggunakan metode study deskriptif atau survey karena karena penelitian ini kami hanya memaparkan data yang kami kumpulkan dari lapangan.
B.     Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Pasundan Banjaran. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X-A dengan jumlah siswa di kelas ini adalah 39 siswa yang terdiri dari 10 siswa putra dan 29 siswa putri, dalam penelitian ini kami melibatkan guru kimia.
C.     Instrumen Penelitian
Instrumen dalam Penelitian ini terdiri atas :
1.      Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran guru
Lembar observasi berupa angket ceklis yang bertujuan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan pembelajaran guru dengan RPP
2.      Lembar observasi keadaan laboratorium kimia
Lembar observasi berupa angket ceklis bertujuan untuk melihat fasilitas laboratorium yang mendukung terhadap pembelajaran kimia.
3.      Angket Siswa
Lembar angket siswa berupa angket skala bertingkat bertujuan untuk mengetahui sikap guru dalam mengajar.
4.      Angket guru
Lembar angket guru berupa angket quesioner  pilihan ganda yang bertujuan untuk mengetahui metode, pendekatan, media, bahan pembelajaran dan tekhnik penilaian yang dilakukan guru pada pembelajaran
5.      Pedoman wawancara
Pedoman wawancara berupa 6 buah pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui latar belakang guru kimia yang mengajar di sekolah SMA Pasundan Banjaran


[1] Ruswandi uus 2010 pengembangan kepribadian guru