I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan
Undang-Undang Dasar pasal 31 ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Tujuan di atas
dapat dicapai salah satunya dengan mengembangkan dan meningkatkan mutu serta
daya saing dalam pembelajaran di sekolah-sekolah. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajaran bagi guru-guru di sekolah yang di lakukan harus selalu mengacu
pada tujuan undang-undang dengan memperhatikan karakteristik siswa sebagai
penerus bangsa.
Seorang guru
setiap tahun ajaran baru selalu menghadapi siswa-siswa yang berbeda satu sama
lain. Siswa-siswa yang ada didalam kelas, tidak seorangpun yang sama. Mungkin
dua orang kelihatannya hampir sama, akan tetapi pada kenyataannya jika diamati
keduanya tentu terdapat perbedaan.Untuk itu di perlukan guru-guru yang
berkualitas, yang menguasai pendekatan, strategi, model dan metode pembelajaran
yang bervariasi sehingga dapat mengelola kegiatan pembelajaran.
Kegiatan
pembelajaran dikelas guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah, padahal
siswapun dapat berperan aktif dalam pembelajaran sehingga dalam penyampain
materi pembelajaran guru dapat menggunakan metode dan media yang beragam untuk
membuat siswa lebih faham tentang konsep suatu materi.untuk mewujudkan hal
tersebut selain metode dibutuhkan juga sarana dan prasarana yang mendukung
terlaksananya pembelajaran.
Namun pada kenyataanya sebagian besar siswa
masih mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran kimia. Hal ini mungkin di
sebabkan oleh pendekatan, strategi, model, atau metode yang diterapkan oleh
guru kurang sesuai, juga kemampuan guru serta sarana pembelajaran yang meliputi
media, alat peraga dan buku pegangan siswa yang terbatas atau sebab lain yang
tidak diketahui. Keadaan ini mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian
tentang pembelajaran kimia di sekolah tepatnya di SMA Pasundan Banjaran, dengan
harapan dapat mengetahui proses belajar
mengajar di lapangan khususnya pada mata pelajaran kimia.
B.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana pelaksanaan pembelajaran
di kelas kelas X semester genap di
sekolah SMA Pasundan Banjaran ?
b.
Metode apa saja yang dilakukan guru
dalam pembelajaran kimia kelas X
semester genap di sekolah SMA Pasundan Banjaran ?
c.
Bagaimana sarana dan prasarana di
sekolah SMA Pasundan Banjaran ?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
dari penelitian yaitu :
·
Untuk mengetahui pembelajaran kimia
di SMA Pasundan Banjaran
·
Untuk mengetahui metode apa saja
yang dilakukan guru dalam pembelajaran kimia kelas X semester genap di sekolah
SMA Pasundan Banjaran
·
Untuk mengetahui fasilitas atau
sarana prasarana yang dapat menunjang dalam proses pembelajan
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang
dapat di ambil dari penelitian ini adalah dapat menjadi gambaran bagi peneliti
dalam pembelajaran kimia di masa yang akan datang. Sehingga dapat dijadikan
tolak ukur agar nantinya bisa lebih baik dalam melakukan pembelajaran dikelas.
A. Teknik Pengumpulan Data
Sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data, terlebih dahulu dilakukan
tahap pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
Untuk
mengetahui kualitas proses kegiatan pembelajaran dan mengetahui tingkat peran
aktif guru selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung maka dilakukan
observasi. Kami melakukan penelitian di
salah satu sekolah dengan langkah-langkah yang ditempuh untuk mengumpulkan data
dan informasi yang diperlukan dalam bentuk wawancara yang ditujukan pada guru,
penyebaran angket pada siswa dan guru, dan observasi pembelajaran di kelas
serta lingkungan yang mendukung pembelajaran.
Angket
siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap kinerja guru dalam
pembelajaran di kelas . Sedangkan untuk mengetahui metode dan media yang biasa
digunakan oleh guru pada setiap materi menggunakan angket guru. Wawancara
dilakukan kepada guru yang terdiri dari 7 pertanyaan yang meliputi
latarbelakang pendidikan guru dan materi yang sulit dimengerti siswa, untuk
mengetahui pelaksanaan pembelajaran guru dikelas dan lingkungan yang mendukung
pembelajaran kami berperan sebagai observer dan melakukan observasi di kelas.
B.
Tekhnik Analisis Data
1.
Angket siswa
Pada angket siswa
kami menggunakan persentase dalam analisis dengan rumus
Keterangan :
%X = persen yang dicari
F = jumlah siswa yang menjawab sering, pernah
atau tidak pernah
n = jumlah total siswa
2.
Angket guru
Dalam menganalisis angket guru kami hanya menndeskripsikan dalam bentuk
kata-kata yang disajikan dalam tabel.
3.
Observasi aktifitas guru
Dalam observasi
aktifitas guru kami menganalisis dari lembar observasi dan dihubungkan dengan
teori-teori yang bersangkutan.
4.
Observasi kelengkapan laboratorium
Dalam observasi
kami menganalisis dari lembar observasi mengenai kelengkapan laboratorium
menurut panduan pengelolaan laboretorium kimia.
5.
Wawancara
Dalam menganalisis
hasil wawancara kami mendeskripsikan
biografi guru kimia
I.
ANALISIS DATA
A.
Angket Siswa
Angket dibagikan kepada 39 siswa. Didalamnya terdapat 8 pernyataan
dengan pilihan yang disediakan yaitu sering, pernah, dan tidak pernah.
Pernyataannya sebagai berikut :
No
|
Pernyataan angket
|
Persentase
|
Sering
|
Pernah
|
Tidak pernah
|
1
|
Guru masuk kelas tepat waktu
|
79,48 %
|
20,5 %
|
0 %
|
2
|
Guru mengulas kembali materi sebelumnya ketika pembelajaran
|
89,7 %
|
5,12 %
|
2,56 %
|
3
|
Guru menggunakan media pembelajaran
|
|
|
|
Charta
|
15,38 %
|
61,54 %
|
23,07 %
|
Power point
|
2,56 %
|
5,12 %
|
92,30 %
|
Alat dan Bahan Praktikum
|
12,82 %
|
76,92 %
|
10,25 %
|
4
|
Guru mengadakan praktikum pada setiap BAB kimia
|
5,12 %
|
84,61 %
|
10,25 %
|
5
|
Guru mengulas materi yang akan diujikan
|
79,48 %
|
17,94 %
|
0 %
|
6
|
Guru memberikan evaluasi setelah pembelajaran
|
58,97 %
|
41,02 %
|
0 %
|
7
|
Guru mengadakan test setiap akhir BAB kimia
|
92,30 %
|
2,56 %
|
5,12 %
|
8
|
Guru membahas hasil test yang telah diujikan sebelumnya
|
71,79 %
|
28,20 %
|
0 %
|
B. Angket Guru
Angket diberikan kepada guru kimia kelas X SMA PASUNDAN BANJARAN, yang
didalamnya terdapat 5 pertanyaan yaitu mengenai pendekatan, metode, media,
bahan pembelajaran, dan tehnik penilaian yang digunakan dalam pembelajaran
kimia di sekolah tersebut.
X/2
|
Pendekatan Pembelajaran
|
Metode Pembelajaran
|
Media Pembelajaran
|
Bahan Pembelajaran
|
Tehnik Penilaian
|
K
|
A
|
P
|
Elektolit
Non elektrolit
|
- Konstektual
- Deduktif
- Proses
- Konsep
|
- Diskusi
- Praktikum
|
- Carta
- Alat dan Bahan Praktikum
|
- LKS
- Buku
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Redoks
|
- Konstektual
- Deduktif
- Proses
- Konsep
|
- Diskusi
- Praktikum
- Ceramah
|
- Carta
- Alat dan Bahan Praktikum
|
- LKS
- Buku
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Tata Nama IUPAC
|
- Konstektual
- Deduktif
- Proses
- Konsep
|
- Diskusi
- Ceramah
|
- Carta
|
- LKS
- Buku
|
Ö
|
Ö
|
_
|
Hidrokarbon
|
- Konstektual
- Deduktif
- Proses
- Konsep
|
- Diskusi
- Ceramah
|
- Alat dan Bahan Praktikum
|
- LKS
- Buku
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Minyak Bumi
|
- Konstektual
- Deduktif
- Proses
- Konsep
|
- Diskusi
|
- Carta
- Persentasi (ppt)
|
- LKS
- Buku
|
Ö
|
Ö
|
_
|
C. Observasi
1. Observasi Aktifitas Guru
Observer melihat, mendengar, merasakan aktifitas guru kimia ketika
pembelajaran di kelas X SMA PASUNDAN BANJARAN tentang Tata Nama dan Reaksi-reaksi yang terjadi pada
Hidrokarbon. Adapun aspek yang diamati yaitu :
No
|
Aspek yang diamati
|
YA
|
TIDAK
|
Keterangan
|
1
|
Guru membaca salam
|
|
ü
|
|
2
|
Guru mengabsen siswa
|
|
ü
|
|
3
|
Guru mengulang kembali pelajaran minggu lalu
|
ü
|
|
|
4
|
Guru memberikan motivasi kepada siswa
|
|
ü
|
|
5
|
Guru menuliskan judul materi yang akan di ajarkan
|
ü
|
|
|
6
|
Guru bertanya kepada siswa
|
ü
|
|
|
7
|
Guru memberikan reinceforment kepada siswa yang bertanya/berpendapat
|
|
ü
|
|
8
|
Guru menyempurnakan jawaban siswa
|
ü
|
|
|
9
|
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
|
|
ü
|
|
10
|
Guru memberikan evaluasi/tes/quis di akhir pembelajaran
|
ü
|
|
|
11
|
Guru menyimpulkan materi pembelajaran
|
ü
|
|
|
2. Observasi Kelengkapan Laboratorium
Observer mengamati Laboratorium IPA di
SMA PASUNDAN BANJARAN. Aspek yang diamati yaitu :
NO
|
ASPEK YANG DIAMATI
|
YA
|
TIDAK
|
KETERANGAN
|
1
|
Laboran di labolatorium
|
|
ü
|
|
2
|
Tata tertib di labolatorium
|
ü
|
|
|
3
|
Alat kimia
|
ü
|
|
|
4
|
Bahan kimia
|
ü
|
|
|
NO
|
ASPEK YANG DIAMATI
|
YA
|
TIDAK
|
KETERANGAN
|
5
|
Admisistrasi alat
|
|
ü
|
|
6
|
Administrasi bahan
|
|
ü
|
|
7
|
Perlengkapan laboratorium
|
ü
|
|
|
8
|
Tabung pemadam api
|
ü
|
|
|
9
|
Kotak P3K
|
ü
|
|
|
10
|
Ruang persiapan
|
ü
|
|
|
11
|
Ruang penyimpanan alat kimia
|
ü
|
|
|
12
|
Ruang penyimpanan zat/bahan kimia
|
ü
|
|
|
13
|
Pembuangan limbah laboratorium
|
|
ü
|
|
14
|
KIT pembelajaran kimia
|
ü
|
|
|
15
|
Lemari asam
|
ü
|
|
|
16
|
Panggung demonstrasi
|
ü
|
|
|
D. Wawancara
Berdasarkan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada guru kimia dapat dideskripsikan
sebagai berikut :
Guru pelajaran Kimia kelas X SMA PASUNDAN
BANJARAN bernama Dra. R. Ida Farida. Beliau telah mengajar di SMA selama 20
tahun. Latar belakang pendidikan yaitu dari Universitas Pendidikan Indonesia.
Jurusan Pendidikan Kimia.
Dalam pemberian evaluasi, beliau selalumembrikan soal essay. Dibuat
berbeda soalnya yaitu setiap siswa mendapatkan soal yang berdeda dengan teman
di depan, belakang, kanan, dan kirinya. Terkadang guru ini membagi satu kelas
menjadi 2 kloter. System evaluasinya tergantung pada banyak atau sedikitnya
materi. Tidak selalu setiap akhir BAB diadakan test.
II.
PEMBAHASAN
A.
Angket Siswa
Berdasarkan angket yang dibagikan kepada siswa banyak data yang didapat.
Selama ini, guru kimia masuk tepat waktu menurut 31 siswa (79,48 %). Dengan
begitu, waktu yang disediakan sekolah untuk pembelajaran kimia tidak molor.
Guru mengulas kembali materi sebelumnya ketika pembelajaran, sebanyak 35 siswa
(89,7 %) berpendapat “sering”. Pelajaran atau materi yang telah disampaikan
pada minggu sebelumnya di ulas kembali atau guru me-recall dengan tujuan
mengingatkan kembali kepada siswa tentang materi yang telah diajarkan supaya
nyambung/sinkron dengan materi yang akan diajarkan. Sesuai dengan pernyataan
Muhibbin (2009: 167) yang menyatakan pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai
hasil belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang
dialaminya sekarang.
Dalam pembelajaran kimia, biasanya untuk menambah daya tarik siswa
terhadap suatu pelajaran perlu adanya media. Di SMA PASUNDAN BANJARAN kelas X,
guru kimia lebih sering menggunakan charta dibandingkan dengan power point,
serta alat dan bahan praktikum. Charta yang disajikan dalam pembelajaran kimia
seperti halnya model atom, larutan elektrolit-non elektrolit, redoks, tata nama
IUPAC. Ketika menggunakan charta guru merasa terbantu dalam menjelaskan.
Sementara guru menjelaskan, siswa tidak hanya membayangkan setidaknya siswa
dapat melihat secara garis besarnya saja (tidak terlalu berpikir abstrak). Power point tidak menjadi priotitas karena
berkaitan dengan fasilitas sekolah juga. Ketika power point-nya ada, namun
proyektornya belum ada. Jadi belum terrealisasikan mengenai hal ini. Sedangkan
alat dan bahan praktikum ini digunakan ketika guru melaksanakan praktikum di
laboratorium. Selain itu, kalau di kelas guru menggunakan molymod misalkan
dalam menyampaikan materi Hidrokarbon.
Guru pun mengadakan praktikum pada setiap BAB kimia. Dalam hal ini siswa
berpendapat “pernah” sebanyak 33 orang (84,61 %). Karena memang tidak semua
materi kimia ada praktikumnya. Konsep yang telah siswa pelajari akan dapat
mendorong siswa untuk mencari hubungan konsep yang siswa dapat dengan konsep
lain atau yang belum dipelajari. Menurut salah satu ahli (dalam Arifin, 2000:
70) bahwa siswa dapat berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip dengan melakukan eksperimen (praktikum) yang memberi kesempatan siswa
untuk menemukan prinsip-prinsip sendiri.
Guru mengulas materi yang akan diujikan. Ketika akan diadakan
ujian/ulangan siswa dibimbing oleh guru untuk mengulas materi atau kisi-kisi
yang diberikan kepada siswa. Secara tidak langsung belajar bersama di kelas,
supaya ketika ulangan nanti siswa dapat mengerjakan soal yang disediakan oleh
guru.
Guru memberikan evaluasi setelah pembelajaran. Sebanyak 58,97 % siswa
menyatakan “sering”. Siswa diberikan soal, baik lisan maupun tulisan di akhir
pembelajaran. Terkadang guru memberikan PR (pekerjaan rumah) untuk dikerjakan
siswa guna mengaplikasikan apa yang didapat di kelas.
Guru mengadakan test setiap akhir BAB kimia. Namun tidak selalu setiap
BAB juga, tergantung pada banyak materinya. Kalau misalkan dalam satu BAB
materinya banyak bisa sampai 2 kali test.
Guru membahas hasil test yang telah diujikan sebelumnya. Siswa
mendapatkan feedback setelah ujian/ulangan. Guru membahas kembali soal-soal dan
jawabannya yang benar. Sehingga siswa dapat lebih mengerti di bagian mana
salahnya.
B. Angket Guru
Di semester 2 kelas X, materi yang diberikan yaitu Larutan
elektrolit-non elektrolit, Redoks, Tata nama IUPAC, Hidrokarbon, dan Minyak
bumi. Dalam pembelajaran guru penting menggunakan pendekatan, metode, media,
bahan pembelajaran, dan tehnik penilaian (kognitif, afektif, dan psikomotor).
Berdasarkan angket yang telah diisi oleh guru kimia, dalam pembelajaran
kimia kelas X semester 2 ini menggunakan pendekatan kontekstual, deduktif,
induktif, proses, dan konsep. Selain itu, metode pembelajaran yang digunakanada
diskusi, ceramah, dan praktikum. Sering digunakan yaitu diskusi karena
pembelajaran akan lebih hidup dan peran aktif dari siswa. Lalu ceramah juga
digunakan guna menjelaskan apa-apa yang menjadi informasi penting yang harus
diketahui oleh siswa. Sedangkan praktikum digunakan ketika memang dalam
materinya ada praktikum.
Media pembelajaran yang digunakan diantaranya charta, alat dan bahan
praktikum, serta power point. Guru lebih sering menggunakan charta karena
praktisnya sudah tersedia dan kalaupun membuat sendiri itu lebih ringan. Alat
dan bahan praktikum seperti halnya molymod. Sedangkan power point sangat jarang
dikarenakan fasilitas yang kurang memadai.
Bahan pembelajaran yang digunakan adalah buku dan LKS. Menurut wawancara
terhadap guru kimia, buku sumber yang digunakan yaitu BSE, Erlangga, dan
Grafindo. Sedangkan siswa menggunakan BSE saja, karena sudah tersedia di
perpustakaan sekolah. Terkadang guru juga merasa kesulitan menggunakan BSE,
karena rumit dalam penjelasannya. Maka dari itu, digunakan juga LKS. Namun guru
tidak membuat sendiri melainkan ada pihak dari luar yang mengirim ke sekolah.
Selanjutnya tehnik penilaian yang digunakan meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
C. Observasi
Dalam melaksanakan studi lapangan, observer masuk ke kelas mengikuti
kegiatan pembelajaran kimia dari awal sampai akhir di satu kelas. Ternyata guru
tidak mengucapkan salam dan mengabsen siswa. Tidak tahu lupa atau memang sudah
menjadi kebiasaannya. Guru langsung memulai pelajaran dengan sedikit mengulang
kembali pelajaran minggu lalu. Untuk menjembatani pelajaran yang akan
diajarkan. Supaya siswa tahu materi apa yang diajarkan.
Namun guru tidak memberikan motivasi kepada siswa. Pemberian motivasi
adalah salah satu tahapan penting dalam proses belajar mengajar. Seperti yang
diungkapkan Atkinson dan Father dalam Soemanto (2006: 189) bahwa motivasi siswa
untuk hasil belajar ketika pengalaman belajar masa lampau yang buruk
menyebabkan ia merasa tidak senang dan takut akan kegagalan. Guru tersebut
langsung masuk ke materi yang diajarkan. Lalu guru bertanya kepada siswa,
karena ketika guru menulis judul materi langsung menulis soal tentang Tata nama
IUPAC serta reaksi-reaksi dalam Hidrokarbon. Seperti halnya reaksi substitusi,
eliminasi, dan sebagainya. Siswa pun dengan segera menulis dan menjawab
pertanyaan guru.
Tapi tidak semua siswa bersikap seperti itu, ada yang sibuk menulis,
ngobrol dengan teman sebangkunya, membenarkan poni rambut, bahkan ada yang
mengunyah permen karet di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. Guru
tersebut menegur, mengontrol pekerjaan siswap, dan merekapun memperhatikan
kembali soal yang diberikan. Seperti yang diungkapkan Isjoni (2010: 62) sebagai
fasilitator seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut: membantu
dan mendorong siswa untuk mengungkapkan secara individual maupun kelompok,
membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu
kelancaran belajar mereka, membina siswa agar setiap orang merupakan sumberyang
bermanfaat bagi yang lainnya.
Ketika ada siswa yang menjawab pertanyaan dan jawabannya itu benar, guru
kurang memberikan reinceforment (pujian, hadiah). Namun guru menyempurnakan
jawaban siswa. Selanjutnya, guru memberikan evaluasi yaitu berupa test di akhir
pembelajaran. Dan menyimpulkan materi yang diajarkan pada saat itu.
Kekurangannya guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya. Seakan guru menganggap siswanya sudah mengerti.
Selain di kelas, observer juga melihat keadaan laboratorium SMA PASUNDAN
BANJARAN. Ternyata bukan khusus Kimia, namun laboratorium IPA. Seperti yang
diungkapkan seorang mahasiswa Kimia Dasar tahun 1928 (dalam Yunita, 2009: 1)
bahwa laboratorium kimia adalah sangat akrab berhubungan dengan sains dari
kimia, yang tanpa eksperimen semangat sejati dari sains tidak mungkin tercapai.
Selain itu, menurut Depdiknas, 2000 (dalam Yunita, 2009: 20) dikemukakan
laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian
teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya dengan menggunakan
alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan
kualitas yang memadai.
Di SMA ini tidak memiliki laboran. Menurut Yunita (2009: 36) tugas
laboran adalah mengerjakan administrasi tentang alat/bahan, mempersiapkan dan
menyimpan kembali alat/bahan yang digunakan dalam pembelajaran, dan
mempertanggungjawabkan atas kebersihan alat dan ruang laboratorium beserta
kelengkapannya. Maka dari itu, yang menyiapkan untuk praktikum adalah guru yang
bersangkutan. Mulai dari alat, bahan, sampai LKS praktikum. Selayaknya
laboratorium yang ideal, di SMA ini terdapat Tata Tertib di Laboratorium yang
terpampang pada dinding dengan ukuran yang cukup besar supaya terbaca oleh
siswa atau guru sebagai pengguna laboratorium tersebut. Selain itu tabung
pemadam api juga ada, karena takut terjadi kebakaran alatnya sudah ada. Kotak
P3K tersedia, persiapan kalau ada kecelakaan karena alat. Misalkan jari
berdarah terkena pecahan gelas kimia yang jatuh.
Alat kimia tersusun rapi, bersih, tanpa ada debu di rak penyimpanan. Alat
yang ada cukup lengkap mulai dari gelas kimia, tabung reaksi, erlenmeyer,
buret, klem, statif, dan sebagainya. Sama halnya dengan bahan/zat kimia yang
tersedia cukup lengkap untuk melakukan praktikum tingkat SMA jurusan IPA. Bahan
kimianya tersimpan dalam tempat yang sesuai seperti jenis asam disimpan dalam botol gelap agar
tidak bereaksi dan penyimpanannya terpisah dengan bahan yang lain. Namun administrasi
alat dan bahan kimia masih kurang, karena kesibukan guru kimianya sendiri
dengan pembelajaran di kelas. Menurut Yunita (2009: 41) bahwa tujuan dari
pengadministrasian alat dan bahan agar dengan mudah dapat diketahui: jenis alat
atau bahan yang ada, jumlah masing-masing alat dan bahan, dan jumlah yang
pecah, hilang atau habis.
KIT pembelajaran kimia ada dan tersimpan di lemari penyimpanan. Keadaannya masih rapi, tapi sedikit bedebu.
Pertanda belum digunakan. Seperti pada umumnya di laboratorium kimia harus ada lemari
asam, di SMA ini ada dengan keadaannya baik-baik saja. Hanya ketika dilihat
posisi paralon ke luar laboratorium itu langsung ke area parkir motor. Jadi
polusi dari motor dan asap yang keluar dari lemari asam menjadi bersatu. Selain
itu juga terdapat panggung demonstrasi, tempat untuk guru menjelaskan bagaimana
praktikum itu dilaksanakan sesuai dengan prosedur.
Namun di sekolah ini tidak terdapat tempat pembuangan limbah
laboratorium. Jadi dibuang ke wastafel dengan diencerkan terlebih dahulu
III.
KESIMPULAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian
yang telah dilakukan di SMA Pasundan Banjaran dapat disimpulkan bahwa guru
kimia yang mengajar di SMA tersebut bagus yaitu dilihat dari latarbelakang
pendidikan dan pengalaman mengajarnya sehingga ketika mengajar di kelas guru
mendapat respon positif dari murid saat guru tersebut memberikan beberapa
pertanyaan tentang materi yang diajarkan.
Guru tersebut
menggunakan beberapa pendekatan, metode, media, bahan, dan tehnik penilaian
dalam pembalajaran di kelas X semester genap.
Pendekatan yang
digunakan diantaranya pendekatan konstektual, deduktif, proses dan konsep.
Metode yang digunakan ceramah, diskusi, dan praktikum. Media yang digunakan
carta, alat dan bahan praktikum dan presentasi (powerpoint). Bahan yang
digunakan LKS dan buku sumber. Sedangkan tehnik penilaian menggunakan aspek
kognitif,apektif, dan psikomotor.
B. Saran
Idealnya proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru benar-benar sesuai dengan apa yang di
harapkan oleh siswa dan juga sesuai dengan kondisi siswa. Guru harus lebih memperhatikan pemberian motifasi
dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum mengerti untuk bertanya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
M. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: FMIPA UPI.
Arikunto,
Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik,
Oemar. (2003).Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Isjoni.
(2010). Cooperatif Learning. Bandung: ALFABETA.
Ruswandi,
Uus. (2010).Pengembangan Kepribadian
Guru. Bandung: CV Insan Mandiri.
Slameto.
(2003). Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Soemanto,
Wasty. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sunarto.
(1994). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud.
Syah,
Muhibin. (2008). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Yunita.
(2009). Panduan Pengelolaan Laboratorium Kimia. Bandung: CV Insan
Mandiri.
II.
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian Belajar Dan Mengajar
Beberapa
pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:
Belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto (2003:2)
Sedangkan
Hamalik (2003:27) mengemukakan bahwa belajar merupakan modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification
or strengthening of behaviour through experiencing).
Menurut
pengertian ini, belajar merupakan proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan
suatu hasil. Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat diambil suatu
pengertian bahwa belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan suatu
perubahan nilai, kecakapan, dan perilaku melalui pengalaman, sebagai usaha yang
disengaja melalui rangsang/stimuli.
Mengajar
menurut Alvin W Howard adalah suatu aktifitas untuk mencoba menolong,
membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill,
ideal, cita-cita, appreciation (penghargaan) dan knowledge Slameto (2003:32)
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Belajar
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern.
a.
Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar, misalnya faktor kesehatan, cacat
tubuh, inteligensi, minat, bakat dan
kelelahan baik jasmani maupun rohani.
b.
Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di
luar individu. Slameto (2003:60) mengelompokkan faktor ekstern menjadi tiga
faktor, yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor
keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor sekolah antara lain: metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
metode belajar, tugas rumah dan disiplin sekolah.Sedangkan faktor masyarakat
antara lain: kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan
bentukkehidupan dalam masyarakat.
- Interaksi Guru dan Siswa dalam
Pembelajaran di Kelas
Kelas
merupakan sarana atau tempat penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang
paling dini, bahkan sampai perguruan tinggi. Dalam pembelajaran di kelas,
“belajar itu akan lebih berhasil apabila sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Cita-cita di masa yang akan datang merupakan faktor penting yang mempengaruhi
minat dan kebutuhan siswa untuk belajar” (Sunarto, 1994:159).
Dengan
mempertimbangkan guru sebagai jabatan profesional tugas guru tidak hanya
memberikan pelajaran dalam kelas dan pada jam pembelajaran yang telah
dijadwalkan tapi juga meliputi a) merencanakan program pembelajaran b)
mengelola proses pembelajaran c) menilai proses hasil belajar d) mendiagnosis
berbagai masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran e) memperbaiki
program pembelajaran dan memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik
di luar jam pelajaran[1]
Sebagian besar
guru tidak menyadari akan pengalaman pembelajaran di kelas pada umumnya yang
masih bersifat tradisional. Kebanyakan guru di kelas hanya berceramah
menerangkan konsep, memberikan contoh soal dan latihan soal, kemudian
mengadakan ulangan harian tanpa harus memperhatikan kebutuhan siswa dalam
belajar.
Guru mengajar seperti hanya menyuapi makanan
kepada siswanya. Siswa harus menerima suapan itu tanpa ada perlawanan, tanpa
aktif berfikir, orang yang belajar dianggap sebagai individu yang pasif tanpa
bisa memberikan kritik apakah pengetahuan yang di terimanya benar atau tidak.
Akibatnya siswa menjadi sangat pasif, tidak kreatif dan tidak produktif. Bila
hal ini tidak segera diatasi maka tidak heran bila pemahaman siswa terhadap
pelajaran masih belum maksimal.
III.
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pada penelitian ini kami menggunakan metode study
deskriptif atau survey karena karena penelitian ini kami hanya memaparkan data
yang kami kumpulkan dari lapangan.
B. Subjek Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SMA Pasundan Banjaran. Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas X-A dengan jumlah siswa di kelas ini adalah 39 siswa yang terdiri dari 10
siswa putra dan 29 siswa putri, dalam penelitian ini kami melibatkan guru
kimia.
C.
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam Penelitian ini terdiri atas :
1. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran
guru
Lembar observasi berupa angket ceklis yang
bertujuan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan pembelajaran guru dengan RPP
2. Lembar observasi keadaan laboratorium kimia
Lembar observasi berupa angket ceklis
bertujuan untuk melihat fasilitas laboratorium yang mendukung terhadap
pembelajaran kimia.
3. Angket Siswa
Lembar angket siswa berupa angket skala
bertingkat bertujuan untuk mengetahui sikap guru dalam mengajar.
4. Angket guru
Lembar angket guru berupa angket
quesioner pilihan ganda yang bertujuan
untuk mengetahui metode, pendekatan, media, bahan pembelajaran dan tekhnik
penilaian yang dilakukan guru pada pembelajaran
5. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara berupa 6 buah pertanyaan
yang bertujuan untuk mengetahui latar belakang guru kimia yang mengajar di
sekolah SMA Pasundan Banjaran